Jumat 18 Nov 2022 11:36 WIB

Ketua Umum PP 'Aisyiyah: Perempuan Berkemajuan Bukanlah Wujud Fisik

‘Aisyiyah memperjuangkan kehidupan perempuan, keumatan, kebangsaan.

Rep: C02/ Red: Muhammad Subarkah
Foto pendiri dan ketua umum PP Muhammadiyah terpajang di Museum Muhammadiyah, Bantul, Yogyakarta, Senin (14/11/2022). Museum Muhammadiyah yang terletak di kampus Universitas Ahmad Dahlan akhirnya diresmikan jelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah. Di dalam museum ini, pengunjung bisa melihat sejarah perjalanan Muhammadiyah yang penyajiannya dipadukan dengan teknologi canggih. Sehingga selain untuk rekreasi, juga bisa untuk sarana edukasi pengunjung.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Foto pendiri dan ketua umum PP Muhammadiyah terpajang di Museum Muhammadiyah, Bantul, Yogyakarta, Senin (14/11/2022). Museum Muhammadiyah yang terletak di kampus Universitas Ahmad Dahlan akhirnya diresmikan jelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah. Di dalam museum ini, pengunjung bisa melihat sejarah perjalanan Muhammadiyah yang penyajiannya dipadukan dengan teknologi canggih. Sehingga selain untuk rekreasi, juga bisa untuk sarana edukasi pengunjung.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sidang Tanwir Aisyiah tengah berlangsung di Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Solo, Jumat (18/11/2022). Setidaknya ada 165 peserta berasal dari anggota PP, pimpinan, serta utusan pimpinan daerah yang mengikuti agenda tersebut.

Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengatakan bahwa tanwir kali ini adalah mengagendakan pengesahan materi Muktamar 48 ‘Aisyiyah dan pemilihan calon tetap anggota PP ‘Aisyiyah dari 105 calon menjadi 39 calon.

 

Noorjanah juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan tanwir maupun Muktamar kali ini mungkin berbeda secara teknis. Namun, Noordjannah menegaskan secara substansial tidak ada yang berubah.

 

“Secara substansi, Tanwir dan Muktamar ‘Aisyiyah sudah sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai regulasi organisasi.” kata Noordjannah, Jumat (18/11/2022).

 

Pihaknya juga akan mengupayakan cara melaksanakan Muktamar ini dengan cara sebaik-baiknya untuk menghindarkan diri dari kemudharatan di tengah situasi Covid-19. Oleh karena itu, tanwir kali ini memiliki makna yang luas dan mendalam bagi gerakan Aisyiyah.

 

“Materi muktamar begitu kaya, memotret berbagai tantangan kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan global, tentu harapannya ada kemajuan yang menjadi perhatian lebih dalam konteks kepentingan Gerakan dalam 5 tahun yang akan datang,” terangnya.

 

Noordjannah menjelaskan, bahwa tema Muktamar 48 ‘Aisyiyah ini mengambil tema perempuan berkemajuan mencerahkan per adaban bangsa'. Menurutnya tema tersebut sangat penting untuk menunjukkan ikhtiar dan kontribusi perempuan berkemajuan dalam mencerahkan kehidupan bangsa.

 

"Tema tersebut merujuk pada visi Gerakan ‘Aisyiyah di abad kedua sebagaimana tercantum dalam Pokok Pikiran ‘Aisyiyah Abad Kedua. Terdapat tiga visi gerakan, yaitu Islam Berkemajuan, Gerakan Pencerahan, dan Perempuan Berkemajuan, yaitu berkembangnya perempuan berkemajuan di lingkungan keumatan, bangsa, dan ranah global sebagai insan pelaku perubahan untuk mewujudkan peradaban utama," katanya.

 

Menurutnya, Noorjanah perempuan berkemajuan bukanlah sosok fisik. Namun ada di alam pikiran dan kondisi kehidupan yang maju tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi secara struktural maupun kultural. 

 

“Aisyiyah memiliki pijakan yang kuat untuk mendorong perempuan menjadi warga perempuan yang maju, di situlah letak ‘Aisyiyah memperjuangkan kehidupan perempuan, keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal,” pungkas Noordjannah.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement