REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan, Indonesia perlu meniru langkah negara tetangga Thailand dalam upaya penularan HIV/AIDS. Salah satu hal yang bisa dicontoh adalah kuatnya edukasi yang diberikan terkait HIV-AIDS.
"Di Thailand edukasi (pemahaman tentang HIV/AIDS) ke masyarakat sudah bagus, masyarakat di sana peduli karena termasuk salah satu destinasi yang banyak disukai terutama di Pattaya," ujar Maxi di Jakarta, Kamis (1/12/2022).
"Kemudian masalah preventif di Thailand sudah biasa (penggunaan dan penjualan kondom dan alat pengaman), mungkin kita masih agak tabu untuk menyiapkan kondom atau alat reproduksi lainnya tapi kondom di sana bisa didapat di mana-mana terutama di daerah Pattaya," sambungnya.
Selain edukasi dan preventif yang masive dilakukan, jaringan komunitas sangat berperan besar dalam sosialisasi pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. "Jadi kalau kita cepat kita bisa belajar dari Thailand," imbuhnya.
Berdasarkan data modeling AEM, tahun 2021 diperkirakan ada sekitar 526.841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus. Sekitar 40 persen dari kasus infeksi baru tersebut terjadi pada perempuan.
Penyebabnya beragam mulai dari pandemi Covid-19, retensi pengobatan ARV yang rendah, adanya ketidaksetaraan dalam layanan HIV serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS.Hal ini menunjukkan upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak masih memerlukan penguatan.
Penguatan strategi triple 95 dilakukan dengan menggencarkan promosi kesehatan, upaya pencegahan perilaku berisiko, penemuan kasus (skrining, testing, tracing) dan tatalaksana kasus. Tak hanya itu, Kemenkes juga mencantumkan strategi pengendalian HIV/AIDS bagian dari Standar Pelayanan Minimum di Fasyankes. Strategi ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Selain dilakukan kepada perempuan, anak dan remaja, upaya tersebut juga dilakukan kepada semua siklus hidup mulai dari bayi baru lahir, balita, anak usia sekolah dasar, remaja, dewasa dan lansia. Hal ini untuk memastikan setiap orang mendapatkan pelayanan pencegahan dan pengobatan sesuai kebutuhannya.