REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lebih dari 120 orang ditangkap karena dinilai melakukan kekerasan rasial di Paris dan kota-kota Prancis lainnya pada Rabu (14/12) malam. Kerusuhan terjadi usai kemenangan semifinal Piala Dunia Prancis atas Maroko.
Sekitar 10 ribu petugas polisi dimobilisasi di seluruh Prancis karena khawatir akan kemungkinan kerusuhan, termasuk 5.000 petugas untuk mengamankan Paris dan daerah sekitarnya. Terlepas dari langkah-langkah tersebut, para penggemar Maroko menghadapi serangan verbal dan fisik dari beberapa kelompok sayap kanan saat perayaan riuh meletus di seluruh negeri setelah Prancis memenangkan pertandingan 2-0.
Sebanyak 115 orang ditangkap secara total di Paris dan sekitarnya. Di antara mereka adalah 40 tersangka berasal dari kelompok sayap kanan yang berusaha mencapai Champs-Elysees, tempat tersibuk di ibu kota yang dipadati penggemar sepak bola.
Kekerasan juga dilaporkan terjadi di kota-kota besar seperti Lyon, Nice, dan Montpellier. Sedikitnya enam orang, termasuk dua anggota kelompok sayap kanan, ditangkap setelah perkelahian antara suporter di Lyon.
Anggota parlemen Prancis Thomas Portes mengutuk serangan terencana dan kekerasan rasis terhadap penggemar tim Maroko. "Kita dekat dengan sebuah tragedi. Kita harus bereaksi,” tulisnya di Twitter.
Anggota parlemen lainnya Antoine Leaument mengatakan, kelompok fasis meneriakkan komentar rasis karena menyerang penggemar Maroko di Nice. "Rasisme adalah kejahatan,” katanya dalam sebuah kicauan di Twitter menyerukan agar para pelakunya dihukum sesuai dengan hukum Prancis.