Rabu 11 Jan 2023 14:10 WIB

Kepala BPIP: Salam Pancasila Sebagai Salam Pemersatu Bangsa

Salam sebagai perilaku terpuji yang dianjurkan oleh semua agama.

Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi, menegaskan mengenai Salam sebagai perilaku terpuji yang dianjurkan oleh semua agama.
Foto: BPIP
Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi, menegaskan mengenai Salam sebagai perilaku terpuji yang dianjurkan oleh semua agama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam upaya mengenalkan makna “Salam Pancasila” sebagai salam perekat dan pemersatu bangsa ke masyarakat luas, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) meluncurkan video pendek Salam Pancasila berdurasi lima menit 30 detik melalui kanal Youtube BPIP https://bit.ly/salampancasilabpip.  

Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi, menegaskan mengenai Salam sebagai perilaku terpuji yang dianjurkan oleh semua agama. “Menyapa dan mengucapkan salam kepada orang lain adalah perilaku terpuji yang dianjurkan oleh semua agama. Karena itu dalam berbagai tradisi keagamaan, salam adalah bagian penting,” ujarnya Selasa, (10/1/2023).  

Baca Juga

Di tengah keragaman tradisi salam di berbagai agama dan budaya Indonesia, penting untuk memiliki tradisi salam yang melintasi batas-batas kultural demi memperkokoh persatuan bangsa.  

“Kita memiliki Bahasa Indonesia sebagai lingua franca atau bahasa antara, maka sekarang kita memiliki Salam Pancasila sebagai salam perantara atau saluti franca, yang dapat dipaktekkan oleh semua warga negara Indonesia,” ujarnya.  

Ia juga menjelaskan Salam Pancasila merupakan salam yang diadaptasi dari Salam Merdeka yang disampaikan Presiden Sukarno tak lama setelah kemerdekaan Indonesia.  Salam merdeka dipekikkan untuk mengingatkan bahwa kita bangsa merdeka dan tidak mau dijajah lagi.  

Salam Pancasila sendiri mulai dikenalkan oleh Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri saat memberikan sambutan pada acara kegiatan penguatan Pendidikan Pancasia di Istana Bogor pada tanggal 12 Agustus 2017.  

Hadir dalam pertemuan pada saat itu adalah Presiden Joko Widodo dan anggota Dewan Pengarah BPIP (saat itu masih bernama Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila atau UKP PIP) yaitu Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Prof Ahmad Syafii Maarif dan Prof Mahfud MD. Mereka turut mempraktekkan Salam Pancasila bersama ratusan mahasiswa yang hadir.  

Ia mengajak hadirin untuk mempraktekkan Salam Pancasila dengan mengangkat tangan kanan di atas pundak dan berjarak sejengkal dari dahi kanan dengan jari-jari rapat. Gerakan harus sedikit menghentak lalu menyeru dengan lantang “Salam Pancasila”.  

Ia bahkan menegaskan Salam Pancasila bukan untuk menggantikan salam keagamaan. “Salam Pancasila bukan untuk mengganti salam keagamaan. Tujuan utama salam Pancasila adalah Salam Kebangsaaan untuk menghormati  semua Warga Negara Republik Indonesia dari berbagai latar belakang agama, budaya apapun sesuai dengan spirit Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.  

Selain video pendek BPIP juga melaunching Buku "Salam Pancasila" karangan Khoirul Anam yang berjudul Salam Pancasila Sebagai Salam Kebangsaan: Memahami Pemikiran Kelala BPIP Prof Yudian Wahyudi. 

Ia mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPIP Drs Yudian Wahyudi, karena telah memberikan kesempatan untuk menulis buku tentang salam Pancasila yang pernah menjadi kontroversi beberapa tahun lalu.  

"Saya ucapkan terima kasih kepada Prof. Yudian yang telah memberikan segalanya atas terbitnya buku ini," ucapnya saat sambutan di Yogyakarta, Jumat, (21/1/2022).   

Dirinya mengaku setelah mengkaji secara kualitatif dengan analisis deskriptif yang mendalam, komperhensif, ilmiah menggunakan teori-teori ushul fikih, sosiologi, sejarah dan filsafat hukum islam tersebut makna "Salam Pancasila" tidak seperti yang di framing oleh oknum orang-orang yang tidak bertanggungjawab.  

Menurutnya maksud dari "Salam Pancasila" adalah sebagai salam persatuan bagi seluruh bangsa Indonesia tanpa mengenal perbedaan agama, suku dan tradisi kedaerahan.  

"Salam Pancasila di gunakan di ruang publik yang lawan bicaranya atau audiensinya terdiri dari berbagai agama," ujarnya.  

Ia bahkan menyayangkan dengan kritikan-kritikan atau tuduhan yang terindikasi dibawa ke ranah isu-isu yang tidak produktif. "Saya berharap masyarakat bisa memahami makna dan perbedaan Salam Pancasila dan salam kegamaan," tegasnya.  

Wakil Kepala BPIP Dr Karjono, juga ikut mengapresiasi kepada penulis. Ia mengatakan dengan di terbitkannya buku dengan jumlah 141 halaman tersebut dapat membantu mensosialisasikan "Salam Pancasila" kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Dirinya berharap "Salam Pancasila" dapat dibiasakan digunakan dalam setiap pertemuan atau kegiatan di instansi-instansi Kementerian atau Lembaga. "Dengan membiasakan dan memasyarakatkan Salam Pancasila ini, pada hakekatnya, merupakan simbol dalam upaya membumikan dan mensosialisaskan nilai-nilai Pancasila di tengah kehidupan masyarakat," ujarnya.   

Hal senada dikatakan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Phil Al Makin, Pihaknya akan terus ikut serta mensosialisasikan "Salam" Pemersatu bangsa tersebut. Menurutnya bangsa Indonesia yang terdiri dari masyarakat majemuk dari segi agama, suku, bahasa dan tradisi harus tetap menjadi satu kesatuan sebagai bangsa Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement