Ahad 21 Oct 2012 19:30 WIB

Kurban Bukan Sebatas Proses Ritual

Pemotongan hewan kurban (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Pemotongan hewan kurban (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,Daging dan darah binatang kurban atau hadiah itu tidak sekali-kali akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya ialah amal yang ikhlas yang berdasarkan takwa daripada kamu. (Al-Hajj: 37).

Idul Adha dan peristiwa kurban setiap tahun di rayakan umat muslim. Kurban dalam bahasa Arab disebut qurbah yang berarti mendekatkan diri kepada Allah .

Dalam ritual Idul Adha itu terdapat Udhiyah (penyembelihan hewan kurban). Pada hari itu kita menyembelih hewan tertentu seperti domba, sapi atau kerbau guna memenuhi panggilan Allah SWT.

Berbicara kurban dan Idul Adha erat kaitannya dengan kisah Nabi Ibrahim yang akan menyembelih anaknya, Nabi Ismail. Seperti dikisahkan dalam Alquran [Q.S Ash Shaffat : 102 - 107]  “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

Kurban di hari raya Idul Adha bermakna keteladanan Nabi Ibrahim.  Dalam konteks ini, mimpi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail, merupakan sebuah ujian Tuhan, sekaligus perjuangan maha berat seorang Nabi. Peristiwa itu harus dimaknai sebagai pesan simbolik agama, yang menunjukkan ketakwaan, keikhlasan, dan kepasrahan seorang nabi pada titah sang Pencipta.

Bagi Ali Syari’ati (1997), ritual kurban bukan cuma bermakna bagaimana manusia mendekatkan diri kepada Tuhannya (hablum minallah). Ini, juga berarti mendekatkan diri kepada sesama (hablum minannas).  Sementara bagi Jalaluddin Rakhmat (1995), ibadah kurban mencerminkan dengan tegas pesan solidaritas sosial Islam, mendekatkan diri kepada saudara-saudara kita yang kekurangan. Dengan berkurban, kita mendekatkan diri kepada mereka yang fakir. Bila Anda memiliki kenikmatan, Anda wajib berbagi kenikmatan itu dengan orang lain. Bila Anda puasa, Anda akan merasa lapar seperti mereka yang miskin.

Penulis: Adi Permana (Mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati)

 

sumber : UIN Sunan Gunung Djati
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement