REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan komitmen Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan pemerataan ekonomi tak sekadar wacana, melainkan langkah yang benar-benar nyata. Sebagai gambaran, ucap Erick, realisasi investasi di Indonesia pada 2021 tercatat sebesar Rp 1.207, triliun atau 100,6 persen dari target awal yang sebesar Rp 1.200 triliun.
"Yang menarik, investasi yang tadinya didominasi oleh Pulau Jawa sekarang sudah shifting banyak yang di luar Pulau Jawa sampai 53 persen, sementara Pulau Jawa sebesar Rp 46,9 persen," ujar Erick dalam acara rilis hasil Survei Nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI) bertajuk 'Kinerja Presiden, Pencabutan PPKM, Ketersediaan Bahan Pokok dan BBM, serta Peta Politik Terkini' pada Ahad (22/1/2023).
Erick mengatakan kekuatan ekonomi Indonesia terletak pada sektor konsumsi domestik yang sebesar 50 persen lebih dengan nilai mencapai Rp 2.560 triliun. Ia menyampaikan, persentase penanaman modal masih lebih banyak oleh asing yakni 53,5 persen dibandingkan dalam negeri yang sebesar 46,5 persen.
"Nah ini yang tentu kita harus mulai pikirkan bagaimana penanaman modal dalam negeri dan asing ini mulai harus diseimbangkan jadi kita harus dorong yang namanya pengusaha daerah, nasional, UMKM harus menjadi bagian penanaman modal, jangan hanya yang asing saja," lanjutnya.
Erick pun terus mendorong BUMN untuk menjadi garda terdepan dalam penciptaan pengusaha baru melalui sejumlah program seperti KUR sebesar Rp 328 triliun pada 2022 yang mana 92 persen berasal dari bank-bank BUMN atau Himbara. Kemudian, lanjut dia, BUMN melalui PNM Mekaar juga telah menyalurkan Rp 61,48 triliun kepada 13,54 juta nasabah PNM Mekaar hingga Desember lalu.
"Kebijakan seperti ini terus kita dorong yang namanya konsumsi domestik supaya sehat, investasi sehat, bersamaan juga intervensi pemerintah untuk mendorong penekanan bahan-bahan yang diperlukan atau pun pembiayaan untuk UMKM," ucap dia.
Erick mengatakan kebijakan pro rakyat harus terus dijalankan dalam menjaga tren pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja. Erick menyebut pertumbuhan penduduk dengan usia muda akan menentukan tantangan besar dalam penyediaan lapangan kerja ke depan.
"Kita tahu ancaman ke depan salah satunya dengan jumlah penduduk kita yang 55 persen di bawah 35 tahun, artinya lapangan kerja akan menjadi tantangan ke depan," sambung dia.
Untuk bisa berkontribusi maksimal, Erick menilai BUMN harus sehat. Ia bersyukur langkah transformasi yang dijalankan beberapa tahun terakhir telah mengubah wajah BUMN menjadi jauh lebih baik.
Menurut Erick kontribusi BUMN kepada negara dalam tiga tahun terakhir yakni periode 2020 hingga 2022 mencapai Rp 1.198 triliun atau naik dibandingkan periode 2017 hingga 2019 yang sebesar Rp 1.130 triliun. Peningkatan kontribusi merupakan hal yang menggembirakan mengingat Indonesia tengah mengalami dampak pandemi.
"Kalau ditanya utang BUMN terus menurun dari 38 persen pada 2020 menjadi 36 persen pada 2021 dan 2022 menjadi 34 persen. Kalau di dunia usaha yang namanya utang itu biasanya 70 persen, nah ini utangnya cuma 34 persen, modalnya jauh lebih besar," kata Erick.