Rabu 25 Jan 2023 07:30 WIB

Ikut-ikutan Paludan, Pemimpin Sayap Kanan Belanda Robek dan Injak Alquran

Aksi tercela itu dilakukan dengan kawalan polisi.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Pemimpin sayap kanan Belanda Edwin Wagensveld dari Patriotik Eropa Melawan Islamisasi (Pegida).
Foto: Anadolu Agency
Pemimpin sayap kanan Belanda Edwin Wagensveld dari Patriotik Eropa Melawan Islamisasi (Pegida).

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Pemimpin sayap kanan Belanda Edwin Wagensveld dari Patriotik Eropa Melawan Islamisasi (Pegida) turut memicu kemarahan umat Islam dengan merobek-robek Alquran di depan gedung parlemen di Den Haag. Aksi brutalnya itu bahkan diunggah di laman Twitter-nya, pada Ahad (22/1/23) sekitar pukul 14.00 waktu Belanda.

 

Baca Juga

Dilansir dari Aljazirah pada Rabu (25/1/2023), dia sendirian selama insiden itu dan yang mengesalkan, aksi itu juga berlangsung di bawah perlindungan polisi. Dia diizinkan melakukannya dengan syarat dia tidak membakar Alquran seperti contoh insiden hari Sabtu di Swedia, lapor Anadolia.

 

Terlihat sobekan halaman Alquran dibakar di sebuah panci di lokasi lain. Insiden ini terjadi tepat setelah insiden Sabtu lalu di Swedia ketika Rasmus Paludan, pemimpin partai sayap kanan Denmark Stram Kurs, membakar Alquran di depan kedutaan Turki di Stockholm. Paludan dikelilingi oleh banyak anggota polisi selama pembakaran kitab suci umat Islam.

 

Indonesia juga memanggil duta besar Swedia untuk mengadakan pembicaraan setelah para aktivis sayap kanan di Stockholm membakar Alquran, akhir pekan lalu. Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk keras penyerangan Alquran di Den Haag, di Belanda. Duta besar negara itu di Ankara, Joep Wijnands, diundang ke Kementerian Luar Negeri untuk menyampaikan protes atas kejadian tersebut.

 

“Kami mengutuk keras serangan keji oleh orang anti-Islam di Den Haag, Belanda, pada 22 Januari, yang menargetkan kitab suci kami, Alquran,” ujarnya.

 

“Tindakan tercela yang menghina nilai-nilai suci kami dan termasuk kejahatan rasial, setelah Swedia kali ini di Belanda, adalah pernyataan yang jelas bahwa Islamofobia, diskriminasi, dan xenofobia tidak mengenal batas di Eropa," kata pernyataan itu.

 

Ditegaskan tindakan semacam itu secara langsung ditujukan pada hak-hak dasar dan kebebasan, nilai-nilai spiritual dan toleransi sosial tidak hanya umat Islam tetapi juga seluruh umat manusia, dan merusak budaya hidup bersama dalam damai. Duta besar Belanda di Ankara dipanggil ke Kementerian dan kecaman serta protes terhadap tindakan keji dan tercela ini disampaikan kepadanya.

 

Pihak berwenang Belanda diharapkan mengambil tindakan yang diperlukan terhadap para pelaku insiden tersebut dan menerapkan langkah-langkah konkret untuk mencegah terulangnya insiden itu.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement