REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan utang negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) dalam kondisi memprihatinkan. Georgieva menyebut pemerintah perlu membangun ketahanan melalui kebijakan fiskal untuk melindungi dari guncangan di waktu yang tidak pasti.
Saat berbicara di Forum Fiskal Arab di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), dia mendesak pihak berwenang untuk mengadopsi kerangka kerja fiskal yang kuat dan mengatasi perubahan iklim.
IMF, lanjut Georgieva, memperkirakan pertumbuhan ekonomi di MENA akan melambat menjadi 3,2 persen tahun ini dan sebesar 3,5 persen pada 2024. Inflasi terlihat melampaui 10 persen pada 2023, menurut salinan lengkap pidato Georgieva yang diterbitkan oleh IMF.
"Utang publik menjadi perhatian, terutama di negara-negara yang merupakan importir minyak dan itu adalah masalah yang akan terus kami tangani. Inflasi di kawasan itu masih terlalu tinggi," ujar Georgieva seperti dilansir Zawya pada Senin (13/2/2023).
Georgieva menyampaikan kawasan ini perlu meningkatkan rasio pajak terhadap PDB rata-rata menjadi setidaknya 15 persen dari 11 persen saat ini.
"Kami membutuhkan setidaknya 15 persen agar kebijakan pajak berkelanjutan. Saya berpendapat bahwa kami membutuhkan lebih banyak bahwa ada ruang untuk menggandakan pendapatan pajak," lanjut Georgieva.
Georgieva menilai perang Rusia-Ukraina dan bencana iklim dapat memperburuk kekurangan pangan bagi yang paling rentan. Ditambah dengan pengangguran yang terus-menerus tinggi di wilayah tersebut, terutama di kalangan kaum muda, hal ini menimbulkan risiko yang signifikan terhadap stabilitas sosial.
Georgieva mengatakan gempa yang melanda Turki dan Suriah membawa tragedi yang luar biasa pada orang-orang tetapi juga berdampak sangat signifikan pada perekonomian Turki.
"Jadi kita harus membangun lebih banyak ketahanan terhadap guncangan ini," ucap Georgieva.
Georgieva juga menyerukan kerja sama multilateral yang lebih dalam untuk membantu negara-negara dengan utang yang tidak berkelanjutan dan perubahan iklim, karena suhu di kawasan itu menghangat dua kali lebih cepat dari seluruh dunia. Georgieva mendorong pembiayaan iklim swasta melalui kebijakan dan solusi keuangan yang tepat. Pemerintah di kawasan MENA telah mengidentifikasi kebutuhan pembiayaan multi-tahun lebih dari 750 miliar dolar AS untuk aksi terhadap perubahan iklim.