Ahad 26 Feb 2023 23:23 WIB

Satu Tahun Perang, Mahathir Mohamad Berbagi Pandangan Mengenai Rusia-Ukraina

Ia mengunggah rangkaian panjang cicitannya di akun Twitter.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ahmad Fikri Noor
Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad berbicara selama wawancara dengan The Associated Press di kantornya di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat, 19 Agustus 2022.
Foto: AP/Vincent Thian, File
Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad berbicara selama wawancara dengan The Associated Press di kantornya di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat, 19 Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad berkomentar mengenai perang Rusia-Ukraina yang kini sudah berkecamuk satu tahun. Ia mengunggah rangkaian panjang cicitannya di akun Twitter resminya @chedetofficial pada Jumat (24/2/2023) lalu.

"Saya pikir perang saat ini antara Ukraina dan Rusia disebabkan oleh kecintaan orang Eropa pada perang, hegemoni, dominasi," kata Mahathir membuka rangkaian cicitannya, seperti dikutip pada Ahad (26/2/2023).

Baca Juga

Mahathir memandang sejarah bahwa awalnya Rusia adalah mitra Eropa Barat termasuk Amerika Serikat (AS) dan Kanada dalam perang melawan Jerman. Saat Jerman dikalahkan, barat menyatakan bahwa Rusia, sebagai mitra mereka adalah musuh baru mereka.

"Jadi mereka harus mempersiapkan perang melawan Rusia. Dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dibentuk untuk membentuk aliansi militer melawan Rusia. Rusia kemudian mendirikan Pakta Warsawa. Dan perang dingin pun terjadi. Dan dunia harus memilih antara barat dan timur," katanya.

Menurut Mahathir, NATO tidak bubar setelah Rusia membubarkan Pakta Warsawa dan mengizinkan negara-negara Uni Republik Sosialis Soviet meninggalkan blok tersebut. Sebaliknya, negara-negara yang dibebaskan dari hegemoni Rusia didesak untuk bergabung dengan NATO.

Sehingga, tekanan terhadap Rusia yang melemah meningkat. Sementara itu, ketika bekas republik sosialis bergabung dengan NATO dan ancaman terhadap Rusia meningkat, Rusia membangun kembali kemampuan militernya dan menghadapi aliansi barat yang kuat. Ketegangan meningkat ketika pasukan NATO melakukan latihan di dekat Rusia.

"Diprovokasi, Rusia didahului dengan invasi ke Ukraina. Invasi itu bisa diartikan sebagai awal dari Perang Dunia ketiga. Ada pembicaraan tentang penggunaan senjata nuklir. Dunia telah mengalami kekurangan pasokan karena sanksi terhadap Rusia dan pembalasan Rusia," terang Mahathir.

Ia juga menyinggung adanya provokasi di Timur jauh. Hal ini terlihat dari kunjungan pejabat tinggi AS ke Taiwan yang menyebabkan peningkatan ketegangan antara Cina dan Taiwan. Menurutnya, keduanya mempersenjatai dan AS telah menjual banyak senjata ke Taiwan, sementara Cina menjadi lebih agresif.

"Bahkan Malaysia mengalami kelangkaan dan inflasi. Penting bagi negara untuk menyiapkan rencana darurat untuk menghadapi apa yang mungkin menjadi awal dari Perang Dunia Ketiga," ujarnya.

12 bulan berlalu sejak Rusia mendeklarasikan "operasi militer khusus" di Ukraina. Perang ini telah mengakibatkan kematian sedikitnya 8.006 warga sipil dan 13.287 lainnya mengalami luka-luka hingga berpengaruh pada pasokan pangan global.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement