Kamis 02 Mar 2023 11:45 WIB

Pemerintah dan Lembaga Amil Zakat Perlu Sinergi Hadapi Resesi di Ramadhan 2023

Ramadhan 2023 dinilai berhimpitan dengan resesi global.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Pemerintah dan Lembaga Amil Zakat Perlu Sinergi Hadapi Resesi di Ramadhan 2023. Foto: Ilustrasi Zakat. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pemerintah dan Lembaga Amil Zakat Perlu Sinergi Hadapi Resesi di Ramadhan 2023. Foto: Ilustrasi Zakat. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Lembaga Riset Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) sekaligus Pengamat Ekonomi Syariah dan Zakat, Yusuf Wibisono, menyampaikan, pemerintah dan lembaga amil zakat (LAZ) perlu menguatkan sinergi mereka di tahun resesi 2023 ini, dengan menjadikan Ramadhan 2023 sebagai momentum sinergi untuk penguatan program penanggulangan kemiskinan.

"Jangan ada lagi langkah-langkah kontra produktif di masa-masa krisis seperti sekarang ini seperti rilis 108 lembaga zakat tidak berizin yang lalu," kata Yusuf kepada Republika, Rabu (1/3/2023).

Baca Juga

Yusuf menjelaskan, Ramadhan tahun 2023 ini akan berhimpitan dengan resesi global. Proyeksi ekonomi global kini cenderung semakin gelap ke depan, proyeksi resesi cenderung semakin memburuk. Hal ini karena bank sentral  negara-negara besar dunia terutama the Fed secara jelas lebih memilih untuk meredam inflasi dengan mengorbankan pertumbuhan ekonomi mereka.

Meski Indonesia dipandang dalam posisi yang relatif lebih baik, salah satu yang tercerah di dunia yang gelap. Namun peluang Indonesia terseret resesi global ini cukup besar. Kini masyarakat sudah merasakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor ekspor unggulan seperti industri tekstil dan garmen serta sepatu.

"Menurut saya menjadi krusial bagi lembaga zakat di Ramadhan 2023 ini untuk berkonsentrasi pada program yang menjaga daya beli rakyat, terutama melalui program yang menjaga ketahanan pangan dan energi rakyat, maupun program yang menjaga keberlanjutan usaha rakyat, terutama usaha mikro dan ultra mikro," ujar Yusuf.

Di setiap krisis, ia menjelaskan, dari krisis ekonomi 1997 hingga kini resesi global 2023, sektor informal - tradisional selalu dan akan terus menjadi penyelamat perekonomian Indonesia. Di sektor informal - tradisional ini pelaku dominannya adalah UMKM. Dengan demikian, peran UMKM akan sangat krusial dalam menopang kondisi masyarakat dan perekonomian di masa krisis.

"Sektor UMKM terpenting adalah sektor informal pedesaan terutama sektor pertanian tanaman pangan, pertanian hortikultura, peternakan dan perikanan. Sektor UMKM terpenting berikutnya adalah sektor informal perkotaan terutama sektor perdagangan eceran dan penyediaan makanan dan minuman," jelas pengamat ekonomi syariah dan zakat ini.

Direktur IDEAS ini mengingatkan, sektor UMKM juga akan terkena dampak krisis, terutama akibat jatuhnya permintaan domestik yang diakibatkan oleh turunnya ekspor dan pengetatan moneter melalui kenaikan suku bunga. Maka meski UMKM adalah sektor yang gesit, tahan krisis dan mudah beradaptasi, namun mereka membutuhkan dukungan agar dapat optimal menyerap limpahan tenaga kerja dari sektor formal - modern yang akan banyak mengalami PHK.

Yusuf mengingatkan, dukungan terbesar harus diberikan kepada sekitar 8,2 juta pelaku usaha mikro di sektor pertanian dan 8,9 juta pelaku usaha mikro di sektor perdagangan dengan status berusaha sendiri. Dukungan terpenting berikutnya harus diberikan kepada sekitar 11 juta pelaku usaha kecil di sektor pertanian dan sekitar 4,5 juta pelaku usaha kecil di sektor perdagangan dengan status berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap.

"Menjadi strategis dan krusial jika lembaga zakat dapat mengoptimalkan programnya di Ramadhan 2023 ini pada usaha mikro dan ultra mikro, seraya menguatkan bantuan sosial bagi kelompok marjinal seperti lansia, penyandang cacat dan anak jalanan," jelas Yusuf.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement