REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sampah merupakan persoalan yang sangat perlu perhatian luas, karena sampah merupakan konsekuensi dari setiap kegiatan manusia. Setiap kegiatan manusia pasti menghasilkan sampah yang jumlah dan volumenya berbanding lurus dengan tingkat konsumsi barang yang digunakan sehari-hari.
"Sampah hari ini merupakan persoalan yang cukup besar untuk masyarakat di Indonesia, kondisinya yang semakin menumpuk. Untuk itu, kami bersama warga berinisiasi untuk menciptakan program bank sampah, dimana salah satu tujuannya untuk mengurangi tumpukan sampah di TPS yang ada di sini," ujar Koordinator Wilayah (Korwil) GMC atau Ganjar Milenial Center, Jawa Barat, Muhammad Hamdan saat peluncuran Bank Sampah di Desa Kertawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (10/3/2023).
Menurut dia, bank sampah adalah program daur ulang, dengan menerapkan strategi 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle dalam pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Berpartisipasi dalam program bank sampah berarti memiliki kepedulian terhadap lingkungan tentang prilaku daur ulang.
"Maka, program itu kami ajak kolaborasi salah satunya dengan perangkat desa dan organisasi desa di Kertawinangun untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengurangi dampak negatif dari sampah," ujar dia.
Selain untuk mengurangi volume sampah, bank sampah juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
"Program bank sampah juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman bagi masyarakat tentang apa saja yang bisa dimanfaatkan sehingga mampu meningkatkan nilai ekonomi hari sampah itu sendiri," kata dia menambahkan.
"Baru lah nanti kami sampai ke tahap pemilahan sampah," lanjutnya.
Hamdan menambahkan, sampah bernilai ekonomi yang dapat ditukarkan dengan uang di Bank Sampah Induk Kertawinangun salah satunya sampah aluminium, kardus, plastik, kaleng dan lainnya.
"Salah satunya mungkin kardus, plastik bot, kaleng dan lain sebagainya, sehingga bermanfaat dan hasilnya bisa dikembalikan lagi untuk warga di sini," ucapnya.
Melalui program bank sampah, Hamdan berharap, semakin banyak masyarakat yang teredukasi dan tahu bagaimana cara mengelola sampah. Terlebih dapat menambah nilai ekonomi keluarga.
"Setelah program itu berjalan, kami berharap alokasi hasilnya bisa digunakan untuk masyarakat, terutama pengembangan fasilitas pembelajaran, seperti distribusi buku, alat tulis dan sebagainya untuk anak-anak di sini," kata dia.
Sejumlah warga merespons baik kegiatan tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Karang Taruna Desa Kertawinangun Ibnu Hasan.
Menurutnya, kegiatan tersebut disinyalir akan meningkatkan motivasi masyarakat dalam membenahi lingkungan dalam hal pengelolaan sampah yang tertata.
"Kegiatan itu kolaborasi pertama kami dengan GMC, alhamdullilah responsnya bagus dari masyarakat dan mendukung penuh program ini. Kami berharap terus berjalan secara berkesinambungan dan di pantau hingga programnya berhasil sesuai terget dan rencana yang sudah ditetapkan," ujar dia.
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyatakan masyarakat sudah semakin peduli terhadap masalah sampah yang membuat kegiatan pengelolaan sampah menjadi semakin baik di Indonesia.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian LHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan saat ini semakin banyak praktik pengelolaan sampah yang digerakkan oleh masyarakat maupun pelaku industri di berbagai daerah.
"Saya optimistis bila kita bekerja sama, maka sampah bisa teratasi," ujarnya di peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023 seperti dilansir dari Antara, Sabtu (11/3/2023).
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian LHK mencatat komposisi sampah berdasarkan jenis didominasi oleh sampah sisa makanan sebanyak 41,9 persen, sampah tumbuhan (kayu, ranting, dan daun) 12 persen, sampah kertas atau karton 10,7 persen, sampah plastik 18,7 persen, dan sampah lainnya 6,9 persen.
Sementara itu, komposisi sampah berdasarkan sumber sampah masih didominasi oleh rumah tangga dengan angka mencapai 37,6 persen, pasar tradisional sebanyak 16,6 persen, dan pusat perniagaan mencapai 22,1 persen.