Sabtu 11 Mar 2023 16:17 WIB

Laznas BMH Resmikan Rumah Layak Huni bagi Para Mualaf di Kepulauan Riau

Para mualaf di Kepulauan Riau sebelumnya harus tergusur dari permukiman.

Laznas BMH resmikan rumah layak huni bagi para mualaf di Kepulauan Riau.
Foto: Dok. Laznas BMH
Laznas BMH resmikan rumah layak huni bagi para mualaf di Kepulauan Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laznas BMH atas dukungan para donatur kembali hadirkan kebaikan untuk mualaf yang ada di Tanjung Gundap, Batam, Kepulauan Riau. Hal itu berupa peresmian Rumah Layak Huni untuk Mualaf, yang dilakukan pada Jumat (10/3/2023).

Rumah Layak Huni bagi mualaf ini adalah respons dan jawaban dari umat melalui Laznas BMH. Sebelumnya, mereka harus rela mengalami penggusuran dari permukimannya.

Baca Juga

"Akibatnya para mualaf menempati rumah yang jauh dari kelayakan," terang Kepala BMH Perwakilan Kepulauan Riau, Abdul Aziz, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/3/2023).

Melalui proses dan tahapan tertentu, akhirnya Laznas BMH bisa hadirkan program ini. Tak terkira kebahagiaan warga mualaf di Tanjung Gundap itu.

Seperti yang dialami oleh Mak Enon (60). Ia tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya saat acara serah terima rumah layak huni yang telah lama dinantikannya.

"Mak sangat senang, tidur senang, tak ada lagi air hujan yang bocor kalau hujan, anak-anak cucu juga senang main di rumah, sampaikan terima kasih dari mak untuk yang memberi bantuan," ungkap Mak Enon penuh haru. 

Satu unit rumah layak huni itu diserahkan oleh Abdul Aziz kepada sesepuh muslim mualaf Tanjung Gundap, Bapak Malisa (65), yang disaksikan ketua RW setempat dan para mualaf.

"Pengadaan rumah layak huni ini sebagai bentuk perhatian BMH terhadap para mualaf yang sangat membutuhkan rumah, semoga semakin banyak donatur yang membantu sehingga warga lain juga dapat tinggal di rumah yang layak huni," ujar ustadz Abdul.

Di kampung mualaf Tanjung Gundap terdapat empat KK lainnya yang menanti bantuan dari para muhsinin. Pasalnya, kondisi rumah mereka yang dibangun dari sisa-sisa bongkaran penggusuran sebelumnya, benar-benar sangat tidak layak. 

Menurut Muhammad Sudirman yang telah memiliki dua orang anak, jika tengah malam turun hujan, ia bersama istri dan anak-anaknya terpaksa bangun dan duduk di tempat yang tidak terkena air sambil menunggu hujan reda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement