REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, kinerja Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) selama Februari 2023 mencatatkan surplus Rp 131,8 triliun. Surplus diperoleh karena pendapatan negara berhasil melampaui belanja negara yang dikeluarkan dalam dua bulan pertama tahun ini.
Pendapatan negara hingga akhir Februari 2023 mencapai Rp 419,6 triliun, tumbuh 38,7 persen dibandingkan periode sama tahun lalu atau year on year (yoy). Sementara itu, realisasi belanja negara tercatat Rp 287,8 triliun atau naik 1,8 persen yoy.
"Jadi APBN kita masih surplus secara total," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (22/2/2022).
Lebih lanjut, Sri menjelaskan, pendapatan negara sebesar Rp 419,6 triliun setara dengan 17 persen dari target pendapatan negara tahun ini. Adapun realisasi pendapatan tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan Rp 332 triliun dan penerimaan negara bukan pajak Rp 86,4 triliun.
Adapun untuk belanja negara sebesar Rp 287,8 triliun setara 9,4 persen dari target belanja tahun ini. Sri mendata, belanja negara itu terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp 182,6 triliun serta transfer ke daerah sebesar Rp 105,2 triliun.
"Itu adalah situasi APBN sampai Februari yang kondisinya jauh lebih kuat dibandingkan Januari dan Februari tahun lalu dilihat dari posturnya, baik penerimaan dan belanja," kata Sri.
Melihat perkembangan APBN dalam dua bulan pertama tahun ini, Sri menyampaikan, prospek ekonomi domestik secara umum masih cukup kuat. Itu terlihat dari geliat industri yang dicerminkan PMI Manufaktur dalam level ekspansi di atas 50 poin dalam 18 bulan terakhir.
Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen hingga Februari 2023 berada pada level tinggi sebesar 122,4 poin. "Ini bagus menjelang bulan puasa dan lebaran," ujarnya.