REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Ukraina menolak tawaran Irak untuk melakukan mediasi dengan Rusia. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menegaskan kembali posisi negaranya untuk tidak terlibat perundingan damai dengan Rusia, kecuali Moskow menarik mundur pasukannya.
Hal ini disampaikan dalam kunjungan Kuleba ke Baghdad. Ia bertemu Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussien dalam kunjungan pertama pejabat Ukraina ke Irak sejak invasi Rusia pada Februari 2022 dan kunjungan pertama menteri luar negeri Ukraina pertama dalam 11 tahun.
Hussein menekankan, pengalaman Irak dengan perang dan konflik serta menjadi tuan rumah negosiasi pihak-pihak yang bertikai termasuk perundingan Arab Saudi dan Iran baru-baru ini.
Baghdad menjadi tuan rumah beberapa perundingan Riyadh dan Teheran sebelum negosiasi mengalami kegagalan. Perundingan dilanjutkan dengan Cina sebagai mediator yang menghasilkan pemulihan hubungan dua negara.
"(Baghdad) berpengalaman berkomunikasi dengan negara-negara yang bersitegang, dan sudah pernah menghasilkan perdamaian," kata Hussien dalam konferensi pers, Senin (17/4/2023).
"Berlanjutnya perang akan berbahaya tidak hanya pada dua negara tapi juga seluruh dunia," tambahnya.
Irak seperti negara Timur Tengah lainnya, mengandalkan gandum dari Ukraina. Konsumen-konsumen Kiev terbebani kenaikan harga pangan sejak awal perang.
"(Ukraina) melihat irak sebagai negara yang mampu membangun jembatan, tapi Rusia yang menggelar serangan dan hal ini menjadi rintangan terbesar dalam jalan menuju perdamaian," kata Kuleba.
"Kami membutuhkan Rusia setuju pada fakta yang sangat sederhana untuk menghentikan perang dan mundur," katanya menambahkan.
Pemerintah Irak saat ini dinilai dekat dengan Iran yang Amerika Serikat (AS) tuduh memasok drone ke Rusia yang digunakan dalam perang di Ukraina. Iran mengakui mengirim drone ke Rusia tapi pengiriman dilakukan sebelum perang.
Irak juga menjaga hubungan dengan AS yang memiliki pengaruh kuat di sektor finansialnya. Cadangan mata uang asing Irak disimpan di bank sentral AS, Federal Reserve sejak AS menginvasi negara itu pada tahun 2003 untuk menjatuhkan Saddam Hussein.
Meski menolak tawaran Irak, Kuleba mengatakan, Ukraina berharap dapat memperkuat hubungan dengan negara itu. Ia mengatakan kunjungannya bagian dari upaya "menemukan kembali hubungan Ukraina-Irak."