Kamis 25 May 2023 04:38 WIB

Hakim Menerima Hadiah, Bagaimana Pandangan Islam?

Khalifah menyerahkan tugas penegakkan hukum kepada hakim.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi hakim memimpin sidang.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi hakim memimpin sidang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang hakim merupakan simbol keadilan hukum yang diharapkan dapat menjadi pemutus perkara dengan sebaik-baiknya. Maka kerja seorang hakim tidaklah mudah, lantas bolehkah seorang hakim menerima hadiah atas kinerjanya tersebut dalam Islam?

Hakim atau dalam khazanah Islam sering disebut qadhi adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam menjelaskan hukum Allah SWT kepada umat Islam. Proses menjelaskan hukum-hukum Allah ini sendiri disebut dengan qadha'.

Baca Juga

Ulama mengategorikan hukum qadha' adalah fardhu kifayah. Harus ada yang memberikan penjelasan tentang syariat Islam kepada manusia. Beban ini diberikan kepada penguasa atau khalifah. Dalam sebuah wilayah tertentu, khalifah boleh mewakilkan kewajiban ini kepada hakim. Jadi, dalam Islam, sejatinya hakim adalah wakil resmi khalifah di sebuah wilayah utamanya dalam penerapan hukum Islam.

Aturan ini dimaknai dari hadis Rasulullah SAW, "Tidak halal bagi tiga orang yang tinggal di suatu wilayah dari belahan bumi, melainkan mereka harus mengangkat salah seorang dari mereka sebagai pemimpin mereka." (HR Ahmad).

Seorang hakim sebagai wakil Allah SWT dan khalifah memiliki tugas yang sangat berat. Jika ia memutuskan sebuah perkara dengan hukum yang menyelisihi keadilan dan nilai-nilai syara, tempatnya adalah di neraka.

Halaman berikutnya >>

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement