REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Seoul mengirim peringatan war time alert atau peringatan darurat pada Rabu (31/5/2023) pagi atau sekitar pukul 06.32 waktu setempat. Peringatan war time alert itu diterima oleh penduduk kota Seoul melalui telepon seluler masing-masing warga.
Bunyi peringatan tersebut mengimbau para penduduk kota Seoul untuk bersiap melakukan evakuasi dengan mendahulukan anak-anak, orang lanjut usia, dan mereka yang lemah secara fisik untuk dievakuasi terlebih dahulu.
Tak lama kemudian, peringatan tersebut dicabut dan penduduk Seoul bisa kembali beraktivitas. War time alert itu berbunyi tak lama setelah Korea Utara meluncurkan satelit ke arah selatan.
Sebelumnya, pihak yang berwenang di daerah perbatasan antara Korsel dan Korut, Zona Demiliterisasi (DMZ), telah mendeteksi peluncuran rudal dari Dongchang-ri di pantai barat Korut pada pukul 06.29 waktu setempat. Disebutkan juga bahwa proyektil melintas di atas perairan jauh di sebelah barat perbatasan pulau Baengnyong milik Korsel.
Tak lama, Korsel pun mengkonfirmasi bahwa peluncuran satelit Korut itu telah gagal. Roket ini diduga jatuh di perairan Laut Kuning. Militer Korea Selatan mengatakan sedang mencari benda yang diyakini sebagai bagian dari roket peluncur satelit Korea Utara tersebut.
Pihak Korut juga telah mengkonfirmasi kegagalan peluncuran tersebut. "Roket "Chollima-1" yang membawa satelit pengintai militer, "Malligyong-1," jatuh ke laut karena mesin pendorong kedua tidak dapat dinyalakan secara normal," menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Korut berencana untuk melakukan peluncuran kedua sesegera mungkin, kata KCNA. Negara komunis di Asia Timur itu terakhir kali meluncurkan roket satelit "Kwangmyongsong-4" pada Februari 2016 lalu.
Kemungkinan tindakan peluncuran satelit tersebut adalah respon Korut terhadap pelatihan militer Korsel dan Amerika Serikat (AS) beberapa hari terakhir.
Korut telah memberitahu Jepang dan Organisasi Maritim Internasional mengenai rencananya pada awal pekan ini untuk meluncurkan satelit antara tanggal 31 Mei dan 11 Juni. Meskipun ada kritik bahwa hal tersebut akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang peluncuran yang menggunakan teknologi rudal balistik.
Segera setelah peluncuran roket pada Rabu pagi, kantor kepresidenan menginformasikan, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengadakan pertemuan keamanan untuk membahasnya. Gedung Putih juga menginformasikan, AS telah mengecam peluncuran roket Korea Utara hari ini.
Gedung Putih menyebut, Presiden Joe Biden dan tim keamanannya sedang menilai situasi tersebut dengan berkoordinasi dengan sekutu dan mitranya.
"Amerika Serikat mengutuk keras Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) atas peluncurannya yang menggunakan teknologi rudal balistik, yang merupakan pelanggaran yang kurang ajar terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB, meningkatkan ketegangan, dan berisiko mengganggu kestabilan situasi keamanan di kawasan itu dan sekitarnya," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adam Hodge dalam sebuah pernyataan.