REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC) mendukung peluncuran film dokumenter berjudul Unearthing Muarajambi Temples di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (3/6/2023). Direktur Utama TWC, Febrina Intan, mengatakan anggota holding BUMN pariwisata dan pendukung (InJourney) ini bersyukur dapat berkolaborasi dengan sejumlah pihak dalam film tersebut.
Sebagai pusat pengetahuan Buddhisme yang melahirkan pemikir-pemikir Buddhist hingga menciptakan Candi Borobudur, Febrina menyampaikan Muarajambi memiliki benang merah yang kuat dengan Candi Borobudur. Febrina mengatakan keduanya merupakan peninggalan bersejarah di Indonesia yang mampu memberikan inspirasi bagi setiap orang, sekaligus memberikan dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat sekitar dalam konteks pariwisata yang berkelanjutan.
"Film dokumenter ini menjadi satu wujud nyata indahnya toleransi di Indonesia, sebagaimana kampanye yang sedang kami gaungkan yaitu Heritage in Harmony, sebuah pesan kunci pentingnya harmonisasi dalam keberagaman," ujar Febrina.
Film besutan Nia Dinata ini merekam cerita sejarah lintas zaman tentang situs candi Muarajambi di Desa Muaro, Jambi. Film dokumenter ini merupakan hasil produksi Kalyana Shira Foundation yang didukung penuh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Nia menyampaikan riset dan penggarapan film dokumenter ini berlangsung selama 2022. Proses pengambilan gambar dan riset berlangsung di dua negara, yakni Indonesia dan India, termasuk di Provinsi Bihar tempat situs Nalanda berdiri serta di Provinsi Himachal Pradesh, kota Dharamsala, tempat pengungsian Dalai Lama ke 14 sejak 1959.
"Sangat disayangkan kalau kita tidak tahu apa-apa soal situs Muarajambi, bahkan saya tidak pernah mengenalnya saat masih sekolah dulu. Padahal itu menggambarkan betapa megah dan majunya peradaban dan pemikiran spiritual nenek moyang kita," ujar Nia.
Nia mengatakan film ini juga terinspirasi dari buku "Mimpi-Mimpi dari Pulau Emas" (Dreams from The Golden Island) yang ditulis Elizabeth Inandiak bersama masyarakat Desa Muaro Jambi. Mengusung semangat serupa, selama pengerjaan dokumenter ini, tim Kalyana Shira Foundation mengajak beberapa anak muda dari beberapa komunitas desa untuk berkolaborasi.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid berharap film ini bisa dinikmati, tak hanya para pecinta sejarah, namun juga penonton dengan ragam latar belakang. Mengingat nilai universal dari ajaran Buddha yang diwariskan dari situs Muarajambi merupakan asupan pengetahuan serta bahan refleksi penting bagi semua khalayak.
"Peradaban Muarajambi merupakan bagian dari peradaban yang lebih besar, peradaban Batanghari, dari mulai dari hilirnya sampai ke hulunya di Dharmasraya. Ini yang sekarang ingin kita angkat. Tapi pada saat bersamaan kita tak ingin ini cuma menjadi urusan teknisnya orang Cagar Budaya. Masyarakat tentu harus juga terlibat di level yang lebih spiritual dan kultural," kata Farid.
Hilmar berharap warga desa Muaro Jambi tetap memegang peran utama dalam pelestarian candi Muarajambi ini. Selain versi feature-length yang diputar perdana tanggal 3 Juni 2023, Kanal Indonesiana TV akan menayangkan karya Nia Dinata ini dalam versi berbeda, yaitu berbentuk serial sebanyak delapan episode. Masing-masing episode akan menggali berbagai cerita seputar Candi Muarajambi. Seperti menyibak sedikit demi sedikit harta karun Muarajambi.