REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Puluhan destinasi baru tumbuh dan berkembang di kawasan perhutanan sosial di Sumatra Barat sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan.
"Data kami ada sekitar 31 destinasi wisata yang tumbuh di kawasan perhutanan sosial di Sumbar. Sebagian bahkan sudah berkembang sangat baik," kata Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi di Padang.
Ia mengatakan destinasi wisata yang tumbuh itu memanfaatkan bentangan hutan yang masih asri dan menawan sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Sumbar memiliki hutan yang masih terpelihara dengan baik. Di kawasan hutan itu terdapat perbukitan, sungai, air terjun, gua, mangrove, hingga pantai yang indah.
"Sehingga itu semua bisa dikembangkan sebagai destinasi wisata baru," kata Yozarwardi.
Ia merinci destinasi wisata itu tumbuh pada 10 Kelompok Pengelolaan Hutan (KPH) yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota di Sumbar. Di antaranya KPHL Pasaman Raya, KPHL Limapuluh Kota, KPHL Agam Raya, KPHL Bukit Barisan, KPHL Sijunjung, KPHL Solok, KPHL Hulu Batang Hari, KPHL Dharmasraya, KPHL Pesisir Selatan, dan KPHL Mentawai.
Sebagian destinasi wisata itu malah sudah cukup dikenal dan menjadi salah satu tujuan wisata saat libur lebaran 2023. Di antaranya Wisata Kapalo Banda di Taram, Limapuluh Kota, yang dikunjungi oleh ribuan orang setiap bulan. Pada libur Lebaran 2023, tingkat kunjungan ke destinasi itu malah lebih banyak daripada ke destinasi Harau yang telah lebih dahulu dikenal wisatawan terutama dari Pekanbaru, Riau.
Kemudian ada juga wisata traking, rafting, dan fishing yang dikelola oleh LPHN Salibutan Lubuk Alung dan wisata alam di HKm Solok Radjo yang menawarkan sensasi menginap di kebun kopi dan menikmati sajian kopi premium. "Tumbuhnya destinasi wisata baru ini juga mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru dari masyarakat sekitar sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih luas," ujar Yozarwardi.
Selain destinasi wisata, kawasan perhutanan sosial di Sumbar juga dimanfaatkan untuk perkebunan dan pertanian.