REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perdana Menteri India, Narendra Modi, bertolak ke Amerika Serikat pada Selasa (20/6/2023) ini, untuk sebuah kunjungan yang disebut-sebut sebagai sebuah titik balik bagi hubungan bilateral kedua negara. Kunjungan Modi ini memiliki agenda utama, kerja sama India dengan AS yang lebih mendalam, dalam industri pertahanan dan berbagi teknologi canggih.
Kunjungan ini diharapkan dapat memberikan India akses ke teknologi-teknologi penting yang dipakai Amerika, yang jarang dibagikan Washington kepada negara-negara non sekutunya. Akses India ke teknologi penting ini, akan memperkuat negara Asia Selatan ini, tidak hanya ditopang oleh kekuatan militer dan politik global tetapi juga bisnis dan ekonomi.
Hubungan Washington dan New Delhi, pernah ditandai dengan rasa saling curiga selama era Perang Dingin. Namun kondisi itu, telah berubah, dimana New Delhi kini lebih dekat ke AS selama lebih dari dua dekade terakhir. Perdana Menteri Modi dengan presiden AS berturut-turut menunjukkan dukungan bipartisan, untuk hubungan yang lebih kuat dengan ekonomi Asia yang kini terus berkembang dan kekuatan regionalnya.
Presiden Joe Biden telah membangun warisan tersebut dan memperluas kerja sama sebagaimana Amerika Serikat melihat India sebagai mitra pentingnya. Posisi India semakin strategis dalam upayanya untuk menangkal pengaruh Cina, yang semakin meluas di seluruh dunia dan memperkuat keamanan di Indo-Pasifik.
Washington juga ingin memisahkan India dari mitra pertahanan lamanya, Rusia. Selama ini, New Delhi terus melakukan bisnis kerja sama industri pertahanannya dengan Moskow. India juga telah meningkatkan pembelian minyak Rusia yang murah, di tengah sanksi AS setelah invasi ke Ukraina, dan membuat Barat frustrasi.
Sementara itu, India telah berdamai dengan masa lalu, ketika pengalaman buruknya dengan negara Barat - seperti yang dikatakan Modi dalam pidatonya di Kongres AS pada tahun 2016. Kini India lebih cenderung memilih negara Barat di tengah-tengah ketegangan militernya sendiri dan hubungan dengan Cina.
Meskipun Modi telah melakukan beberapa kali kunjungan sebelumnya ke Amerika Serikat, namun kunjungan kali ini akan menjadi kunjungan pertamanya dengan status diplomatik penuh. Ini menjadi kunjungan kenegaraan resmi ketiganya selama masa kepresidenan Biden dan kunjungan ke AS ketiga selama ia pemimpin India.
"Ini merupakan sebuah tonggak penting dalam hubungan kami... Ini merupakan sebuah kunjungan yang sangat signifikan, kunjungan yang sangat penting," ujar Menteri Luar Negeri India, Vinay Kwatra, kepada para wartawan pada Senin (19/6/2023).
Pencapaian utama yang diharapkan untuk didapatkan adalah di bidang kerja sama pertahanan, terutama antara industri militer kedua negara, kata Kwatra, sebagaimana India berusaha untuk memproduksi lebih banyak senjata dan peralatan di dalam negeri untuk dirinya sendiri dan juga untuk ekspor.
Pengumuman-pengumuman besar yang diharapkan selama kunjungan Modi ke Washington, adalah persetujuan AS kepada General Electric untuk memproduksi mesin-mesin di India, untuk jet-jet tempur yang diproduksi di dalam negeri.
Selain itu juga pembelian 31 pesawat tak berawak SeaGuardian yang dipersenjatai MQ-9B yang dibuat oleh General Atomics senilai 3 miliar dolar AS. Dan juga penghapusan hambatan-hambatan yang menghalangi kelancaran perdagangan AS di bidang pertahanan dan teknologi tinggi.
"Orang-orang akan melihat kembali kunjungan Perdana Menteri Modi ini sebagai batu loncatan nyata bagi hubungan A.S.-India, khususnya yang berkaitan dengan masalah pertahanan," ungkap Ely Ratner, Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Indo-Pasifik.