Kamis 22 Jun 2023 09:30 WIB

Hikmah Melontar Jumroh

Lontar jumroh merupakan salah satu rangkaian ibadah haji.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Jamaah haji seluruh dunia melintas di terowongan Muaisyim lantai tiga jalur Jamarat untuk melempar jumroh di hari kedua pelontaran. Pada hari kedua ini jamaah memakai pakaian biasa tanpa ihram, Ahad (10/7).
Foto: Republika/Ali Yusuf
Jamaah haji seluruh dunia melintas di terowongan Muaisyim lantai tiga jalur Jamarat untuk melempar jumroh di hari kedua pelontaran. Pada hari kedua ini jamaah memakai pakaian biasa tanpa ihram, Ahad (10/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Salah satu syiar dalam ibadah haji yang menonjol yakni melontar jumroh. Dalam ritual ini ada hikmah dibalik melontar jumrah yang sepenuhnya dijalankan merujuk kepada ayahanda umat, Ibrahim alaihissalam.

Dikutip dari buku Keutamaan Negeri Al-Haram oleh Prof. DR. Mahmud Al-Dausary, Hikmah melintar jumroh adalah membuktikan ketundukan dan kepatuhan pada Allah Ta’ala serta penghambaan hanya kepadaNya saja tanpa ada sekutu bagiNya, di mana sudah merupakan salah satu hikmah Allah ketika Ia memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk melakoni berbagai bentuk ibadah, dengan tujuan membedakan antara yang buruk dan yang baik, dan agar perintah dan larangan Allah secara mutlak dapat menjadi pendorong hakiki seorang mukmin yang tulus kepada Allah Ta’ala dalam menjalankan perintahNya.

Baca Juga

Ini juga sebagai sebuah keteladanan terhadap Ayahanda para nabi, Ibrahim alaihissalam, seperti yang telah disebutkan dalam pernyataan Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma:

“Syetan yang kalian lempari dan agama Ayahanda kalian yang kalian ikuti.”

Dalam ritual ini juga terdapat simbol pemurnian ibadah hanya kepada Allah Ta’ala, juga merupakan simbol kehinaan semua makhluk di hadapan Allah Ta’ala. Entah itu syetan yang terlaknat, atau berhala, atau bebatuan, atau yang lainnya, di mana seorang yang bertauhid merendahkan dan melemparinya dengan batu, sebab di tempat-tempat inilah orang-orang kafir meletakkan tuhan-tuhan berhala mereka.

Karena itu, di tempat-tempat itu pula bebatuan yang merupakan bahan baku berhala-berhala tersebut dihinakan, beserta semua thaghut, atau makhluk yang sombong, atau sembahan manapun selain Allah Ta'ala.

Syetan yang menyesatkan manusia dari menyembah Allah Ta'ala dan menggelincirkan mereka untuk menyembah selainNya, dihinakan. Karena itu, saat paling menyedihkan dan menghancurkan bagi syetan adalah hari ketika jumrah-jumrah itu dilempari dengan batu.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement