Selasa 27 Jun 2023 11:19 WIB

Wukuf di Arafah: Mengenang Gus Dur dan Leluhur, Ketika Surga dan Neraka Mendekat?

Tak melakukan wukuf di Arafah maka tidak berhaji

Infografis Wukuf Puncak Haji, Apa yang Dilakukan Jamaah Selama di Arafah?
Foto: Republika.co.id
Infografis Wukuf Puncak Haji, Apa yang Dilakukan Jamaah Selama di Arafah?

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Bagi mereka yang belum pernah haji pasti penasaran, apa sih yang terasa dan dirasakan pada waktu menunaikan wukuf di Arafah. Yang pasti sejak mulai sore hari sebelumnya jamaah haji yang sudah berkumpul di Makkah mulai berangsur-angsur datang ke Arafah. Mereka datang kebanyakan menjelang malam tiba karena langsung bermalam di hamparan padang gurun yang kini menghijau berkat pohon yang dahulu merupakan hasil penelitian Institut Pertanian Bogor, yang mulai ditanam di lembah itu pada awal 1970. 

Namun, selain naik bus, banyak sekali jamaah haji yang memilih berjalan kaki sana. Mereka kebanyakan jamaah haji non-Indonesia. Mereka berjalan kaki ke Arafah selepas tengah malam. Tak peduli siapa pun, bahkan anak dan bayi banyak dibawa para orang tuanya ke sana.

Arafah memang kalau dilihat dalam foto arsip lama merupakan padang yang gersang. Bahkan, oleh serat Gatoloco yang dipakai untuk mengolok Islam sewaktu menjelang abad IX atas prakarsa pemerintah kolonial Belanda, menyebutkan bila kawasan itu tempat terkutuk karena penuh semak berduri dan tanamannya berdaun pahit beracun. Selain itu, di serat tersebut disebut jahanam karena hujan hanya turun setahun sekali.

Arafah sejak lama, bagi orang di kawasan nusantara ini kadung oleh kolonial dipeyorasi atau mendapat sebutan buruk. Ini misalnya lembah yang panas, tak ada air, dan berdebu mengepul-ngepul kala di tengah hari kawasan itu tertiup angin yang keras atau badai. Pokoknya, Arafah disebut tempat yang tak enak.

Namun, itu gambaran kuno. Cobalah datang ke Arafah, misalnya, sewaktu ke tanah suci untuk umroh. Lembah itu kini sedap dipandang. Tertata rapi. Di sana kalau hari biasa tidak ada tenda yang berdiri. Hanya kesiur dahan pohon yang terlihat di tengah gempuran angin panas padang pasir Arabia. Kini Arafah tak seseram yang dibayangkan dan diceritakan para penggemar serat Gatoloco itu.

Meski dahulu dianggap dan berusaha ditanamkan pemahaman oleh kolonial bahwa tempat itu penuh bahaya, tapi kini suasana kawasan itu sudah sangat berubah. Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia terlihat berusaha keras menjaga tempat itu. Ini semakin penting karena prosesi wukuf di Arafah bagi ibadah haji sangat esensial. Ingat! bagi siapa saja yang tidak datang ke Arafah pada 10 Dzulhijah antara pasca-tengah hari hingga matahari tenggelam (maghrib), ibadah haji mereka tidak sah. Tak peduli siapa pun dan dalam keadaan apa pun pada, hari itu bila seseorang ingin berhaji maka harus berada atau berhenti sejenak (waqf) di tempat itu pada waktu tersebut. 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement