REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Al-Zaytun, Panji Gumilang (PG), hingga saat ini enggan bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Alasannya, seperti diungkap Panji Gumilang dalam akun Youtube resmi Al-Zaytun adalah karena MUI telah menghukumi Al-Zaytun sesat sebelum melakukan tabayun. Selain itu, PG menuding MUI telah menanamkan kebencian.
Menanggapi hal itu, Ketua MUI bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Muhammad Cholil Nafis mengatakan, MUI sudah terbiasa mendapatkan penolakan ketika berupaya melakukan investigasi dan klarifikasi. Sejatinya, menurut Kiai Cholil, MUI telah melakukan tiga model untuk mendapatkan informasi dari PG.
Yakni dengan mendapatkan informasi dari berbagai pihak yang terpercaya tentang Panji Gumilang dan Al Zaytun. Selain itu, dengan mengupayakan bertemu langsung dan menyusup.
"Peristiwa ini juga sama dengan dulu Musadeq ngaku nabi, itu engga mau ketemu sama MUI. Begitu juga Lia Eden, ngga mau ketemu dengan MUI. Jadi, kalau tidak mau ditemui MUI dan tak mau menerima MUI, itu sudah biasa ketika kami bersinggungan dengan orang yang melakukan penyimpangan atau kesesatan," kata Kiai Cholil Nafis saat mengisi webinar yang diselenggarakan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dengan tema "PP Al Zaytun: Pendidikan Kontra Produktif" pada Senin (26/06/2023) malam.
Kiai Cholil mengatakan, MUI memperoleh berbagai informasi tentang Panji Gumilang dan Al Zaytun dari BNPT, kejaksaan, Densus 88 Anti Teror, hingga kepala daerah. Kendati demikian, menurutnya, dari berbagai informasi yang diperoleh MUI hanya fokus terhadap isu keagamaan yang menjadi konsen MUI.
Selain itu, menurut Kiai Cholil, MUI juga mengirim surat bertemu langsung dengan PG untuk tabayun terlebih dengan pernyataan PG yang mengatakan MUI telah mengeluarkan fatwa sesat dan haram terhadap Al-Zaytun. Sampai berita ini ditulis, Kiai Cholil menegaskan, MUI belum mengeluarkan fatwa tentang Al-Zaytun.
Lebih lanjut, Kiai Cholil mengatakan, MUI juga sebenarnya telah mengirim utusan yang bertemu langsung dengan Panji Gumilang kendatipun tak disadari oleh PG.
"Ketiga dengan cara menyusup. Kemarin itu pengasuh-pengasuh pesantren yang ketemu PG di antaranya pesantren dari Madura. Itu yang dari Masuk adalah utusan kami. Juga termasuk di gedung sate, itu ada yang masuk wartawan, itu adalah tim kami. Dan kami ada rekamannya," katanya.