Rabu 28 Jun 2023 22:18 WIB

Vape Lebih Berbahaya Dibandingkan Rokok Bagi Anak-Anak, Ini Fakta yang Terjadi di Inggris

Vaping bisa menimbulkan lebih banyak risiko bagi anak-anak dibandingkan merokok.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Vape (ilustrasi). Vaping bisa menimbulkan lebih banyak risiko bagi anak-anak dibandingkan merokok.
Foto: www.freepik.com
Vape (ilustrasi). Vaping bisa menimbulkan lebih banyak risiko bagi anak-anak dibandingkan merokok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli telah memperingatkan dampak serius penggunaan vape terhadap kesehatan, terutama bagi anak dan remaja. Layanan National Health Services (NHS) di Inggris mencatat, pada 2022 terdapat 40 anak di bawah usia 19 tahun dirawat di rumah sakit karena aktivitas vaping. Di antara angka yang mengkhawatirkan ini, terdapat 15 anak berusia 9 tahun bahkan di bawahnya.

Dokter spesialis anak Prof Andy Bush Prof Bush menegaskan, vaping bisa menimbulkan lebih banyak risiko bagi anak-anak dibandingkan merokok. Ia mengatakan, saat ini ada banyak remaja yang dirawat di rumah sakit karena kolaps paru dan pendarahan paru setelah mengisap vape yang dijual secara ilegal.

Baca Juga

“Jika seorang remaja mulai merokok, mungkin hal terburuk yang akan terjadi pada mereka adalah mereka akan sakit dan muntah. Penggunaan rokok elektrik yang akut dapat membuat mereka masuk rumah sakit, dapat membuat mereka dirawat secara intensif, hal-hal seperti pendarahan paru-paru, kolapsnya paru-paru,” kata Prof Bush seperti dilansir Mirror, Rabu (28/6/2023).

Profesor Bush adalah salah satu dari sekian banyak ahli yang prihatin dengan dampak kesehatan pada anak-anak. Dokter spesialis anak di Great North Children’s Hospital di Newcastle, dr Mckean, mengatakan bahwa mereka melihat peningkatan jumlah anak-anak yang mengalami kondisi paru-paru yang berbahaya terkait vaping.

Dia juga menyerukan larangan rokok elektrik sekali pakai, karena vaping di kalangan anak muda dengan cepat bisa menjadi epidemi. Dr Mckean menjelaskan, vape bisa membuat ketagihan karena mengandung nikotin dalam dosis tinggi. Perangkat tersebut diketahui dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti sesak napas, radang paru-paru, nyeri dada, dan bahkan, dalam kasus yang parah, gagal napas.

“Kami sekarang melihat anak-anak yang datang ke rumah sakit dan klinik yang mengalami masalah pernapasan terkait dengan vaping, kami yakin. Kami tahu bahwa vape sekali pakai adalah vape utama yang digunakan anak-anak. Kami telah melihat peningkatan yang mengkhawatirkan dalam jumlah anak-anak dan remaja yang melakukan vaping,” kata McKean.

Ia menjelaskan, vape pertama kali dirancang untuk memungkinkan orang yang kecanduan merokok untuk berhenti merokok. Namun sayangnya, vape kini disalahgunakan untuk mereka yang ingin mencoba merokok.

Dokter, yang telah bekerja sebagai konsultan pernapasan selama 21 tahun, memperingatkan bahwa merokok tetap menjadi penyebab tunggal terbesar penyakit dan penyakit yang dapat dicegah di Inggris. "Rokok adalah satu-satunya produk konsumen legal yang jika digunakan sesuai anjuran produsen akan membunuh sebagian besar penggunanya. Kami mengetahui hal ini karena kami memiliki lebih dari 60 tahun penelitian dan data tentang penggunaan rokok pada tingkat populasi,” jelas dia.

Kepala NHS Inggris Amanda Pritchard mengakui, data terbaru ini sangat memprihatinkan karena anak muda menganggap vaping tidak berbahaya. Terlebih rasa vape juga tersedia dalam rasa yang menarik, seperti beraroma permen atau buah, dan menyerupai riasan atau pulpen. Harganya juga murah.

“Setidaknya dua orang di setiap kelas 10 telah menggunakan vape pada satu waktu. Tetapi penggunaannya dapat menyebabkan kerusakan paru-paru sehingga sangat penting bagi kita untuk mencegahnya sejak dini. Kita harus menjauhkan anak-anak muda dari rumah sakit dan mencegah masalah kesehatan di masa depan,” tegas Amanda.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement