REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY) mengungkap gejala yang dialami warga yang diduga terpapar antraks. Sayangnya, warga Gunungkidul yang bergejala dinilai kurang kesadarannya untuk segera melapor ke petugas kesehatan setempat.
"Sepanjang keterbukaan informasi dari pasien dibutuhkan. Jadi memang ada juga yang tidak bercerita setelah selesai masa inkubasi sudah kelihatan pusing dan mual," ujar Kepala Dinkes DIY Pembayun Setyaningastutie kepada Republika, Kamis (6/7/23).
Pembayun menjelaskan, bahwa warga yang memiliki gejala dan semua yang terindikasi sudah diwajibkan melapor kepada tenaga kesehatan. Akan tetapi, warga di lokasi tersebut masih ada yang tidak terbuka bahwa mereka telah terpapar.
Ia memaparkan, pertama ditemukan kasus antraks di Dusun Jati pada Juni lalu saat ada warga yang dibawa ke RS Panti Rahayu dan ditemukan positif antraks. Kemudian tim dari Dinkes DIY dan Gunungkidul ke lapangan untuk penelitian etimologi.
Di sana ditemukan berbagai faktor yang menjadi penyebab menyebarnya penyakit ini, yakni tradisi mbrandu yang sudah mengakar kuat. Mereka terbiasa memakan daging ternak yang mati karena sakit.
Menurut Pembayun, sebaiknya memang pada masa inkubasi atau setelah berkontak dengan ternak segera melapor ke petugas kesehatan. Nantinya mereka akan diberikan antibiotik yang harus diminum dalam masa inkubasi.
Pemberian antibiotik dalam masa inkubasi ini penting untuk mencegah berbagai gejala yang muncul seperti pusing dan mual. Gejala terparah adalah munculnya lesi dan koreng di kulit.
"Makanya penting untuk segera diberi pengobatan, tapi banyak juga yang tidak melapor. Masalah perilaku ini tidak bisa diselesaikan oleh Dinas Kesehatan maupun Pertanian," imbuh Pembayun.
Langkah selanjutnya, Dinkes DIY akan berkoordinasi dengan seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-provinsi, serta Wonogiri dan Boyolali guna mengantisipasi penyebaran penyakit ini.
"Kami masih berkoordinasi dengan Kemenkes, apakah surat edaran ini akan diturunkan dari Kemenkes atau kami. Seperti ini kan juga ada faktor politik dan ekonominya yang harus dipertimbangkan," katanya.
Saat ini sebanyak 143 warga telah melakukan tes serologi dan ditemukan 87 orang yang telah terpapar. Adapun satu orang meninggal dunia akibat positif antraks, sedangkan dua warga yang meninggal dunia lainnya telah dikonfirmasi bukan karena antraks.
Keterangan dari pihak Dinkes DIY sedikit berbeda dengan rilis dari Kemenkes RI. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi pada Selasa (4/7/2023), melaporkan sebanyak tiga warga di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), meninggal dunia akibat penyakit antraks yang ditularkan dari hewan ternak.
"Kalau kasus meninggal ada tiga orang di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul," kata Siti Nadia.
Siti Nadia memerinci, untuk sementara tercatat 93 pasien positif antraks di wilayah tersebut berdasarkan hasil tes serologi. Adapun, hasil pemeriksaan terhadap seluruh kasus meninggal melalui genom sekuensing menunjukkan hasil positif antraks.
"Dalam pemeriksaan, menunjukkan hasil positif antraks di dalam tubuhnya," kata Nadia.