REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Perobekan Alquran yang dilakukan oleh seorang pria asal Irak,Salwan Momik, di depan sebuah masjid di Stockholm, Swedia pekan lalu menuai reaksi dari umat Muslim di seluruh dunia. Unjuk rasa di berbagai negara terjadi menuntut agar otoritas Swedia menjatuhkan hukuman terhadap Salwan Momik karena tindakan Islamophobia yang dilakukannya. Bagaimana seharusnya umat Muslim di Indonesia bersikap?
Pimpinan Majelis Taklim dan Dzikir Baitul Muhibbin, Habib Abdur Rahman Al Habsyi, menjelaskan bahwa Alquran merupakan firman Allah (Kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk kemudian dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menapaki kehidupannya sehingga tercapai kemaslahatan di dunia juga di akhirat. Alquran merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.
Sebagaimana firman Allah swt dalam Surat Al-Baqarah ayat 2
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”
Oleh karena itu, menurut Habib Abdur Rahman sebagai umat Islam sudah seharusnya mencintai Alquran. Yakni dengan mencintainya secara tepat dan benar. Habib Abdur Rahman mengatakan Alquran adalah sebagai petunjuk dan pembimbing, Alquran juga sebagai obat dan berfungsi sebagai al-furqan (pemisah antara yang haq dan batil). Alquran juga berisi banyak sekali pelajaran dan juga menjadi media komunikasi hamba dengan Allah. Karena itu menurut Habib Abdur Rahman sesuatu yang dicintai pasti akan disebut-sebut, diingat, diikuti keinginannya dan diberlakukan dengan sebaik-baiknya. Sesuatu yang dicintai pasti sangat didambakan dan diharapkan. Apa yang menjadi keinginannya akan dituruti.
"Pecinta tentu akan marah yang dicintainya diganggu apalagi dinistakan. Baru-baru ini kita dikejutkan lagi dengan peristiwa pembakaran Alquran di Swedia. Peristiwa tersebut tentu menyulut banyak reaksi dari masyarakat muslim dunia. Sejatinya jangan terburu-buru bereaksi dengan teriakan keras, atau bereaksi dengan cepat, padahal hati kita tidak sedih sama sekali saat Nabi dan agama kita dihina. Bukankah Ada orang yang mati di medan pertempuran membela Islam tetapi masuk neraka karena memperjuangkan agama bukan karena Allah?," kata Habib Abdur Rahman kepada Republika.co.id pada Selasa (04/07/2023).