Jumat 14 Jul 2023 15:18 WIB

UE Bantu PBB Perpanjang Kesepakatan Gandum

Rusia mengancam akan membatalkan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Komisi Eropa membantu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki memperpanjang kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina ke Laut Hitam
Foto: AP
Komisi Eropa membantu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki memperpanjang kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina ke Laut Hitam

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Komisi Eropa membantu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki memperpanjang kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina ke Laut Hitam. Juru bicara Uni Eropa (UE) menyatakan pada Kamis (13/7/2023), terbuka untuk mengeksplorasi semua solusi menjelang kemungkinan berakhirnya kesepakatan pada Senin (17/7/2023).

"Kami membantu pembicaraan yang dipimpin oleh PBB dan Turki sesuai kebutuhan," kata juru bicara itu.

Baca Juga

PBB dan Turki menjadi perantara Black Sea Grain Initiative (BSGI) dengan Rusia dan Ukraina pada Juli 2022. Upaya ini untuk membantu meringankan krisis pangan global yang diperburuk oleh invasi dan blokade pelabuhan Ukraina. Ukraina dan Rusia adalah di antara pengekspor biji-bijian terkemuka dunia.

Juru bicara UE menyatakan, prioritas Komisi Eropa adalah untuk memastikan bahwa biji-bijian Ukraina dapat mencapai pasar dunia. Lembaga ini meminta semua pihak untuk memperpanjang kesepakatan Laut Hitam.

"Kami tentu saja terbuka untuk mengeksplorasi semua solusi yang berkontribusi pada tujuan kami, sambil terus memastikan bahwa kemampuan Rusia untuk berperang di Ukraina terhambat sebanyak mungkin," ujar juru bicara UE tersebut.

Permintaan utama Moskow adalah penyambungan kembali Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) ke SWIFT. Namun, sambungan ini dipotong oleh UE pada Juni 2022 atas invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Kamis malam, mendesak Presiden Rusia Valdimir Putin untuk memperpanjang kesepakatan itu. "Bola ada di pengadilan Presiden Putin dan dunia sedang menonton," katanya.

Rusia mengancam akan membatalkan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam karena beberapa tuntutan untuk mengirimkan biji-bijian dan pupuknya sendiri ke luar negeri belum dipenuhi. Kapal terakhir yang berlayar di bawah perjanjian Laut Hitam saat ini sedang memuat muatannya di pelabuhan Ukraina Odesa menjelang batas waktu Senin.

UE pun akhirnya sedang mempertimbangkan untuk menghubungkan anak perusahaan Rosselkhozbank ke jaringan pembayaran internasional SWIFT. Tindakan ini memungkinkan transaksi biji-bijian dan pupuk Moskow bisa berjalan dengan baik.

Sedangkan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengusulkan dalam surat kepada Putin pada Selasa (11/7/2023), Moskow diminta mengizinkan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam berlanjut selama beberapa bulan. Keputusan ini untuk memberikan waktu kepada UE menghubungkan anak perusahaan Rosselkhozbank dengan SWIFT.

Selama kunjungan ke Brussel pada Kamis, Guterres mengatakan, belum menerima tanggapan dari Rusia. Dia menjelaskan, suratnya kepada Putin berisi proposal konkret yang diharap dapat memungkinkan menemukan jalan positif ke depan.

Menurut kantor berita milik pemerintah Rusia TASS, Putin mengatakan, belum melihat surat dari Guterres yang mengusulkan perpanjangan kesepakatan. Namun, dia menegaskan, Rusia telah melakukan kontak dengan pejabat PBB.

"Kami dapat menangguhkan partisipasi kami dalam kesepakatan itu, dan jika setiap orang sekali lagi mengatakan bahwa semua janji yang dibuat kepada kami akan dipenuhi, biarkan mereka memenuhi janji ini. Kami akan segera bergabung kembali dengan kesepakatan ini," kata Putin kepada televisi pemerintah Rusia.

Lebih dari 32 juta ton jagung, gandum, dan biji-bijian lainnya telah diekspor oleh Ukraina di bawah pengaturan tersebut. Rusia telah mengeluh pengiriman itu tidak cukup menjangkau negara-negara miskin.

Namun, PBB berpendapat bahwa hal itu menguntungkan negara-negara tersebut dengan membantu menurunkan harga pangan lebih dari 20 persen secara global. Untuk meyakinkan Rusia agar menyetujui kesepakatan Laut Hitam, nota kesepahaman pada Juli 2022 memuat agar PBB setuju untuk membantu Rusia mendapatkan ekspor makanan dan pupuknya ke pasar luar negeri.

Ekspor makanan dan pupuk Rusia memang tidak terkena sanksi Barat yang diberlakukan setelah invasi Ukraina. Moskow mengatakan, pembatasan pembayaran, logistik, dan asuransi telah menjadi penghalang pengiriman.

Sebagai solusi atas kurangnya akses ke SWIFT, pejabat PBB meminta bank AS JPMorgan Chase & Co untuk mulai memproses beberapa pembayaran ekspor biji-bijian Rusia. Transaksi ini dengan jaminan dari pemerintah AS. PBB juga bekerja sama dengan Bank Ekspor-Impor Afrika untuk membuat platform guna membantu memproses transaksi ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia ke Afrika.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement