Kamis 03 Aug 2023 13:39 WIB

Begini Respons Keluarga Ketika Panji Gumilang jadi Tersangka Penistaan Agama

Penetapan tersangka atas ayahnya merupakan kemunduran demokrasi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Panji Gumilang berjalan saat akan menjalani pemeriksaan terkait penistaan agama di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi
Pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Panji Gumilang berjalan saat akan menjalani pemeriksaan terkait penistaan agama di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pihak keluarga Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang buka suara setelah pimpinan Ma’had Al-Zaytun itu ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama. Salah satu anak perempuannya,  Anis Khairunnisa mengatakan, penetapan tersangka atas ayahnya tersebut merupakan kemunduran demokrasi.

“Ini jelas kemunduran berpikir di dunia pendidikan dan kemunduran demokrasi. Kebebasan mengamalkan agamanya dilindungi oleh UU dan berbeda pendapat di negara yang menganut sistem demokrasi pasca-reformasi 25 tahun lalu adalah angin segar, kini mulai terkikis semangatnya,” kata Anisa dikutip dari akun media sosial dan sudah terkonfirmasi Republika.co.id, Kamis (3/8/2023).

“Kami sedang khusuk, tenang beribadah sholat Idul Fithri. Dihina, dicaci, dan dilecehkan karena barisan shaff perempuan dan laki-laki sejajar, azan tanpa lagu, sampai salam berbahasa Ibrani,” jelas dia.

Dia mengatakan, pihaknya tidak menggunakan toa atau pengeras suara yang keluar dari masjid. Karena, jika Al-Zaytun mengunakan toa, jangkauan suara bisa menjangkau kira-kira lima kilometer dari atas menara setinggi 201 meter.

“Diskursus pemikiran agama dihukumi di negara yang bukan berlandaskan hukum agama tertentu,” ucap Anis.

Dia pun menuding, framing media semakin menjadi-jadi dan membabi buta tak terpuaskan. Menurut dia, pihaknya menjadi bulan-bulanan, tidak berimbang dan sangat menyudutkan, serta menghadirkan narsum yang sulit tervalidasi kebenarannya karena sepihak.

“Terus dikembangkan kepada konteks yang mengada-ada dan dijadikan ada, seolah masyarakat menonton film Zombie. Ini jelas mengkapitalisasi isu penodaan agama adalah hal yang sangat seksi di tengah keberagaman beragama. Apa motivasinya?,” kata Anis.

Selain itu, Anis juga mengungkapkan, bahwa ketentuan hukum dicari-cari dan dipaksa atas desakan masyarakat tertentu yang tidak memahami perkembangan atau perspektif pemikiran dan ditunggangi kepentingan, lalu divalidasi dan dilegitimasi oleh pihak-pihak yang mempunyai wewenang mengeluarkan fatwa.

Menurut dia, seharusnya kaum agamawan yang bajik dan bijak mempunyai kewajiban untuk menuntun dan menenangkan masyarakat karena ketidaktahuannya. “Bukan sebaliknya menyulut kebencian, justifikasi sebelum tabayun dan menambah keriuhan dengan menggalang demonstrasi dan sahut menyahut petisi-petisi ormas dibunyikan, seakan-akan menabuh genderang perang, ya perang saudara! Jangan mengulangi sejarah dan jangan melupakan sejarah,” jelas Anis.

Menurut dia, apa yang disampaikan oleh Syekh Panji Gumilang adalah ranah pemikiran, ranah akademik, dan disampaikan di lingkungan pendidikan atau kampus pada forum tausyiah untuk civitas pesantren yang komponennya sangat banyak.

Dia mengatakan, Panji Gumilang sebagai pimpinan pesantren dan pendidik bukan seperti guru yang mengajar rutin setiap hari di ruang kelas. Tapi, kata dia, Panji Gumilang hanya mengajar pada momen tertentu saja, seperti ba’da Jumat di mimbar Jumat.

“Di sini biasanya beliau menyampaikan dengan singkat dan tidak pernah lebih dari 15 menit saja. Bahasan tentang hal-hal perkembangan informasi seputar kabar terkini mah’ad, berita hangat, kabar yang menggembirakan, dan nasihat mengingatkan agar menjaga kesehatan dan lain-lain,” kata Anis.  

Selain itu, menurut dia, Panji Gumilnag juga menyampaikan tausiyahnya pada acara spesial 1 Muharram, khutbah Idul Fitri dan Idul Adha, atau penyambutan santri baru dan pada pelepasan alumni dan mahasiswa.

“Di momen inilah biasanya Syekh Panji Gumilang menyampaikan gagasan pemikiran yang segar, out of the box dengan bahasan tidak hanya seputar itu-itu saja atau itu-itu lagi dari jaman SD sampai tua tema yang didengar pasti baku,” ujar Anis.

“Inilah momen yang kami tunggu-tunggu, isi penyampaian tausyiah beliau. Sehingga civitas tercerahkan dan antusias. Namun mungkin juga sebagian ada  yang kebingungan. Itu hal yang lumrah. Namun, namanya proses berpikir ada ruang dialogis. Yang akhirnya kami memahami,” jelas dia.

Anis menambahkan, Panji Gumilang juga mempunyai pemikiran yang agile dan tidak stagnan. Karena, menurut dia, karakteristik Panji Gumilang adalah seorang pendidik. 

Bagi ayahnya itu, kata dia, proses belajar dan mengamalkan ilmu adalah sepanjang usia, dan manusia hakikatnya terus bertumbuh sepanjang zaman. “Tetap semangat apapun yang terjadi terus bergerak maju kedepan!,” kata Anis.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement