Ahad 06 Aug 2023 05:59 WIB

Dilema Mualaf Aliyah Umm Raiyaan yang Ditolak Ibunda Masuk Islam, Ini Justru yang Terjadi

Mualaf Aliyah Umm Raiyan hadapi rintangan hidup sejak masuk Islam

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Aliyah Umm Raiyan hadapi rintangan hidup sejak masuk Islam
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aliyah Umm Raiyaan merupakan mualaf yang tinggal dan besar di Inggris. Dia dibesarkan di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan cukup sering melihat Muslim. 

Dia tumbuh sebagai seorang Kristiani dan selalu percaya pada hadirnya sosok Tuhan dalam hidup manusia. Sang ibu termasuk sosok yang terus mendorongnya untuk mencari tahu tentang apapun, termasuk tentang hidup, tujuannya dan dunia ini.  

Baca Juga

"Jadi, meskipun saya seorang Kristen, saya merasa semacam ada celah kekosongan sejak saya muda," ujar dia dalam wawancara dikutip di akun Youtube Towards Eternity, Sabtu (5/8/2023). 

Secara emosional dan spiritual, saat itu dirinya merasa benar-benar penuh dengan keimanan dan konsep ketuhanan yang ada. 

Namun secara rasional, ada hal yang dirasa tidak pas dan tidak pada tempatnya. Karena alasan ini, dia pun meninggalkan agamanya terdahulu.

Dia lantas menceritakan kisah unik tentang sang ayah. Ayahnya merupakan orang kelahiran Nigeria dari Afrika Barat, yang mana dulu merupakan seorang Muslim. Namun, ketika sang kakek meninggal dunia, Ayahnya pun memilih meninggalkan Islam.

"Jadi ketika dia (Ayah) bertemu ibuku di London, dia bukanlah seorang Muslim. Keluarga saya tidak pernah memberikan saya pemahaman apa itu Islam," lanjut dia.

Wanita yang menjadi Pendiri dan CEO dari Registered Charity, Solace UK, ini menyebut pengalaman pertamanya melihat Muslim beribadah terjadi di usianya 8 tahun. 

Kala itu, seberang rumahnya adalah masjid yang terbuat dari kontainer dan ia merasa takjub melihat orang-orang melakukan shalat.

Masih di usia yang sama, dia menyebut kondisi rumahnya seolah sedang ditimpa masalah. Orang tuanya kerap bertengkar, yang mana pada suatu hari pertengkaran ini terasa berada di puncaknya.

Aliyah pun memutuskan pergi ke kamar. Namun sebelumnya, dia sempat mengambil selendang milik sang Ibu, yang merupakan hadiah dari koleganya asal Pakistan.

"Selendang itu aku taruh di lantai, lalu aku sujud dan rukuk, seperti seorang Muslim ketika sholat," ucap dia. Dalam kondisi sujud itu, ia berdoa agar pertengkaran Ayah dan Ibunya berhenti.

Dia mengaku tidak sepenuhnya memahami apa yang dia lakukan saat itu. Semata-mata dia hanya menyontoh apa yang kerap dilihat di dalam masjid, di seberang rumahnya itu. 

Baca juga: Alquran Bukan Kalam Allah SWT Menurut Panji Gumilang, Ini Bantahan Tegas Prof Quraish

Saat berada dalam posisi sujud, dia merasa saat itu adalah titik terdekat antara dia dan Tuhan. Momen ini pula yang dia sebut sebagai pengalaman pertama tentang Islam.

Momen kedua terjadi dua tahun kemudian, ketika muncul berita salah satu teman kelasnya meninggal dunia karena tertabrak truk. Pihak sekolah kemudian mengajak seluruh murid untuk datang ke pemakaman.

Saat hendak berangkat, Aliyah sempat bertanya pada temannya yang Muslim untuk meminjam sebuah syal dan ia mendapatkannya. Momen itu pula yang membuat ia pertama kalinya menginjakkan kaki di Masjid London Timur.

"Saat itu sepertinya aku adalah satu-satunya murid non-Muslim yang pergi ke pemakaman. Aku ikut sholat Zhuhur dan sholat jenazah," kata Aliyah.

Saat sholat zhuhur dan dalam kondisi sujud...

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement