Selasa 08 Aug 2023 17:28 WIB

Kunjungi Borobudur, Akademisi-Tokoh Agama ASEAN Puji Keanekaragaman Budaya Indonesia

Borobudur bisa dianggap akar tumbuhnya harmoni lintas agama dan lintas budaya.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Para tokoh agama dan akademisi dunia mengunjungi situs agama Buddha, Candi Borobudur dalam rangka ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023 Cultural Visit pekan lalu.
Foto: dokpri
Para tokoh agama dan akademisi dunia mengunjungi situs agama Buddha, Candi Borobudur dalam rangka ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023 Cultural Visit pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Para tokoh agama dan akademisi dunia mengunjungi situs agama Buddha, Candi Borobudur dalam rangka ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023 Cultural Visit pekan lalu. Kunjungan tersebut meninggalkan kesan baik bagi para peserta.

“Kunjungan ke Candi Borobudur ini mengubah paradigma atau cara kita melihat keanekaragaman agama dan budaya. Iman itu tumbuh di dalam satu budaya dan budaya itu menjadi subur karena pengalaman iman. Ini yang saya rasakan kuat hari ini,” kata peserta dari Timor Leste, Martinho G Gusmao, dalam keterangan tertulis, Selasa (8/8/2023).

Baca Juga

Menurutnya, Candi Borobudur bisa dianggap sebagai akar tumbuhnya harmoni lintas agama dan lintas budaya di Indonesia. "Indonesia menjadi pertemuan dua kutub ini dan menjadi rumah bagi kebhinekaan. Ini sangat indah," katanya.

Sementara itu Pakar Islamic Studies dari University of Vienna, Austria,Ruediger Lohlker, mengaku memperoleh banyak gagasan dari agenda ini, terutama untuk bidang kajiannya. "Kunjungan ke Candi Borobudur ini menginspirasi saya untuk mulai memikirkan pendekatan keilmuan baru dan proyek ilmiah baru di masa depan," ucapnya. 

Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC), Febrina Intan berharap kunjungan ini dapat memberikan insight mendalam mengenai indahnya keragaman budaya dan spiritualitas Candi Borobudur dan kawasan sekitarnya.

"Candi Borobudur ini adalah jendela dunia, dimana kita dapat mempelajari kaidah-kaidah kehidupan, yang terpahat dalam setiap reliefnya, sehingga memberikan inspirasi bagi kita," kata Febrina.

Febrina mengatakan Candi Borobudur merupakan bingkai yang merajut semangat toleransi dan kebersamaan untuk mewujudkan harmony in diversity.

Menurutnya visi Heritage in Harmony ini merepresentasikan destinasi wisata yang mencerminkan keragaman budaya, dengan nilai-nilai heritage, spiritual dan sikap toleransi di Indonesia.

Ia menuturkan relief Candi Borobudur memvisualisasikan aktivitas kehidupan masyarakat yang beragam sebagai wujud budaya lokal yang masih tetap terjaga kendati terjadi akulturasi. Untuk itu PT TWC juga mendukung tumbuhnya kegiatan Spiritual Tourism di kawasan Candi Borobudur.

"Harapannya dengan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut dapat membangun keharmonisan baik harmoni spiritual dalam diri dan semesta, harmoni sesama dalam keberagaman, juga harmoni semua stakeholders terkait," kata dia.

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Widya Priyahita berharap agenda ini dapat memberikan inspirasi untuk merasakan kekayaan sejarah, seni, dan spiritualitas yang melandasi situs bersejarah ini.

"ASEAN IIDC 2023 merupakan agenda yang luar biasa untuk memfasilitasi dialog antar-budaya, kolaborasi ilmiah, dan pertukaran pengetahuan yang berharga di antara komunitas akademik danpraktisi dari berbagai negara di kawasan ASEAN," ungkapnya.

Widya menyebut ASEAN IIDC 2023 menjadi jembatan penting untuk memperkuat hubungan antarbangsa, mempromosikan persahabatan perdamaian, dan mendorong kerjasama ilmiah yang berkelanjutan di kawasan ASEAN. "Semangat ASEAN IIDC 2023 ini adalah semangat kolaborasi, inklusivitas, dan saling pengertian," ucap Widya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement