REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyatakan 39 kepala keluarga atau 104 jiwa yang dievakuasi masih bertahan di pengungsian khawatir terkena dampak awan panas guguran dan luncuran lava Gunung Karangetang, Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara. "Evakuasi dilakukan beberapa hari lalu sesuai dengan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sonny Belseran di Manado, Rabu (9/8/2023).
Dia mengatakan, warga yang dievakuasi tersebut berasal dari Kelurahan Tatahadeng dan Tarorane, Kecamatan Siau Timur. Warga yang diungsikan dari Kelurahan Tatahadeng mencakup Dusun Tahoto dan Lintatuwa, sementara dari Kelurahan Tarorane berasal dari Dusun Bolo dan Mengaese.
"Warga dari Kelurahan Tatahadeng masih diungsikan di Gereja GMIST Tualage Ruata Basaha, sementara warga dari Kelurahan Tarorane dievakuasi ke Gereja GMIST Bukit Zaitun Tampungan," katanya menjelaskan.
Pengungsi dari Kelurahan Tatahadeng sebanyak 17 KK atau 49 jiwa, terdiri dari warga lansia sebanyak sembilan orang, dewasa (24 orang), anak-anak (13 orang) dan balita (tiga orang). Sementara dari Kelurahan Tarorane dari Dusun Mangaese sebanyak 22 KK atau 55 jiwa, terdiri dari tujuh orang lansia, dewasa (37 orang), anak-anak (sembilan orang) dan balita (dua orang).
"Mereka diungsikan karena berada dalam radius bahaya 2,5 kilometer," ujar Sonny.
Hingga kini, pemerintah kabupaten bersama jajaran terkait terus membantu memenuhi kebutuhan logistik warga dua kelurahan yang dievakuasi tersebut.