Jumat 11 Aug 2023 21:37 WIB

Dorong Transisi Energi di Jateng, Cilacap Dijadikan Pilot Project Kapal Listrik

Pengeluaran yang dikeluarkan nelayan bisa semakin sedikit untuk pergi melaut.

Peluncuran kapal listrik untuk para nelayan di Cilacap, Jawa Tengah.
Foto: Dok. HPJT
Peluncuran kapal listrik untuk para nelayan di Cilacap, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadikan Cilacap sebagai pilot project kapal berbahan bakar listrik berbasis baterai. Menggandeng PLN dan perusahaan teknologi terkemuka, Ganjar mengajak nelayan Cilacap mengganti kapal motor berbahan BBM ke mesin listrik berbasis baterai.

Peluncuran dilakukan Ganjar di Pantai Teluk Penyu Cilacap pada Jumat (11/8/2023). Dalam kesempatan itu, Ganjar memberikan bantuan mesin kapal berbahan listrik kepada sejumlah nelayan. Selain itu, bantuan lain juga diberikan antara lain hibah alat perikanan tangkap senilai Rp 1,6 miliar, asuransi nelayan senilai Rp 1 miliar dan bantuan lainnya.

Baca Juga

"Kita harus berani melakukan tindakan cepat, apa itu transformasi energi ke energi ramah lingkungan. Hari ini produk-produknya sudah jadi, sekarang yang perlu dilakukan adalah eksekusi," kata Ganjar.

Seperti kapal listrik bertenaga baterai di Cilacap ini. Menurut Ganjar, sudah saatnya peralihan energi dimulai. Meski begitu, Ganjar menegaskan harus ada insentif agar nelayan mendapatkan kemudahan.

"Kalau tidak ada insentif, ini akan sulit. Maka saya tadi usulkan, pemerintah memberikan insentif kepada mereka. PLN memberikan apa, pemerintah daerah, provinsi dan pusat memberikan apa. Sehingga, para nelayan kita siap dan menerima peralihan ini," jelasnya.

Selain mengurangi emisi, penggunaan kapal listrik berbahan bakar baterai ini, lanjut Ganjar, juga membuat nelayan semakin sejahtera. Sebab, pengeluaran yang dikeluarkan nelayan semakin sedikit untuk pergi melaut.

Jika biasanya nelayan harus mengeluarkan Rp 230 ribu untuk membeli 20 liter BBM sekali melaut, dengan mesin berbahan bakar listrik ini, nelayan hanya butuh Rp 25 ribu saja. Sebab biaya listrik per KWH hanya Rp 2.500.

"Bayangkan, biayanya jelas lebih murah. Perbandingannya bisa sepersepuluh. Ya memang untuk investasi awal cukup mahal, di situlah saya katakan tadi, harus ada insentif yang diberikan," kata Ganjar.

Cilacap, lanjut Ganjar, akan dijadikan pilot project peralihan energi di laut. Ke depan, sejumlah daerah di Jateng akan didorong untuk melakukan hal itu.

"Tidak hanya kapal nelayan, tapi juga kapal angkutan dan kapal wisata. Sudah saatnya sekarang kita beralih dan harus dimulai," ujar Ganjar.

Seorang nelayan, Budi mengatakan, pihaknya menyambut baik adanya program peralihan mesin kapal. Apalagi, setelah mendengarkan pemaparan, biaya yang dikeluarkan untuk melaut jauh lebih murah.

"Ya tentu ini kabar baik, soalnya biayanya jauh lebih murah. Jika biasanya kami menghabiskan 10 liter BBM dalam sehari seharga Rp 230 ribu, kalau pakai listrik hanya Rp 25 ribu saja," katanya.

Meski begitu, Budi mengatakan bahwa kemungkinan harga mesin listrik lebih mahal dibandingkan mesin berbahan bakar fosil. Untuk itu, ia sepakat dengan Ganjar bahwa nelayan harus mendapatkan insentif.

"Jadi harus diberi kemudahan dan keringanan agar nelayan tidak keberatan," ucap pria yang sudah 20 tahun menjadi nelayan itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement