REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Misi ke bulan pertama Rusia dalam 47 tahun terakhir tampaknya gagal setelah Moskow melaporkan adanya masalah dalam mengarahkan Luna-25 ke orbit pra-pendaratannya. Media Rusia mengatakan bahwa wahana tersebut mungkin akan hilang dari pemantauan.
Perusahaan antariksa Rusia, Roskosmos, mengatakan sebuah "situasi abnormal" terjadi ketika pengendali misi mencoba memindahkan pesawat luar angkasa ke orbit pra-pendaratannya, pada pukul 11:10 GMT pada hari Sabtu (19/8/2023), dan menjelang pendaratan yang direncanakan pada hari Senin (20/8/2023).
"Selama operasi, situasi abnormal terjadi di stasiun otomatis, yang tidak memungkinkan manuver dilakukan dengan parameter yang ditentukan," kata Roskosmos dalam sebuah pernyataan singkat.
Roskosmos mengatakan bahwa para ahli sedang menganalisis situasi tersebut, namun sejauh ini belum ada kabar terbaru mengenai Luna-25 sejak Sabtu (19/8/20203). Roskosmos tidak menjawab panggilan telepon berulang kali untuk meminta komentar pada Ahad (20/8/20203) pagi.
Saluran Telegram berbahasa Rusia yang belum diverifikasi melaporkan bahwa komunikasi dengan pesawat tersebut telah terputus. Surat kabar Moskovsky Komsomolets Rusia mengutip seorang ahli yang tidak dikenal yang mengatakan bahwa pesawat tersebut mungkin telah hilang.
Kegagalan misi prestisius ini akan menggarisbawahi kemunduran kekuatan antariksa Rusia sejak masa kejayaan kompetisi Perang Dingin. Ketika itu Moskow menjadi yang pertama meluncurkan satelit untuk mengorbit Bumi - Sputnik 1, pada 1957 - dan kosmonot Soviet Yuri Gagarin menjadi orang pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa pada 1961.
Rusia belum pernah melakukan misi ke bulan sejak Luna-24 pada 1976, saat Leonid Brezhnev memimpin Kremlin. Luna-25 seharusnya melakukan pendaratan lunak di kutub selatan bulan pada 21 Agustus 2023, menurut para pejabat antariksa Rusia.
Rusia telah berlomba dengan India, yang pesawat ruang angkasa Chandrayaan-3-nya juga dijadwalkan mendarat di kutub selatan bulan ini. Tak hanya India, Rusia juga berlomba dengan Cina dan Amerika Serikat yang keduanya memiliki ambisi yang sama ke bulan.
Dari sumber-sumber resmi, tak jelas seberapa serius "situasi tak normal" itu - dan apakah Moskow bisa menyelamatkan situasi tersebut atau tidak.
Di bawah judul "Sumber industri luar angkasa: Luna-25 hilang", surat kabar Moskovsky Komsomolets mengatakan bahwa Alexander Ivanov, wakil direktur pertama Roskosmos, yang memimpin proyek-proyek kelompok orbital, mengadakan pertemuan darurat tentang situasi tersebut pada Sabtu malam.
Kegagalan akan menggarisbawahi tekanan pada ekonomi Rusia yang bernilai 2 triliun dolar AS - dan terutama sektor teknologi tinggi - karena bergulat dengan sanksi-sanksi Barat yang bertujuan untuk menghukum Rusia atas perang di Ukraina.