REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- ITB bekerja sama dengan Ikatan Alumni ITB, dan Alumni ITB Angkatan 1978 menggelar seminar ini dengan tema “Mempersiapkan Indonesia Emas 2045, Implikasi SDM dan Peran Perguruan Tinggi Sains dan Enjiniring”, di Aula Barat ITB, Sabtu (2/9/2023).
Hadir sebagai pembicara pada acara seminar ini, Prof Emil Salim, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Mantan Deputi Ekonomi Makro Bappenas Bambang Priambodo, dan Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Zainal Fatah. Seminar kali ini dimoderatori oleh Mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.
Ketua Alumni ITB Angkatan 1978 Prof DR Hari Muhammad mengatakan, seminar ini merupakan rangkaian reuni 45 tahun angkatan 78. Pihaknya juga, telah melaksanakan berbagai kegiatan. Di antaranya seminar nasional pada bulan Mei lalu, kemudian kami menggelar kegiatan sosial berupa donor darah di Jakarta, dan kegiatan sosial membuat sumur artesis serta fasilitas MCK di Cigaronggong Kabupaten Garut. Serta kegiatan lainnya seperti olahraga
"Dan besok kami akan mengadakan silaturahmi sesama alumni angkatan 78," katanya.
Seminar ini, kata dia, diharapkan menjadi sarana untuk berefleksi membuka mata, hati, dan pikiran tentang bagaimana ITB harus bergerak menuju masa depan. Serta, untuk mengambil tanggung-jawab dalam berkontribusi mewujudkan Indoenesia menjadi negara maju di tahun 2045.
Menurutnya, pihaknya merasa terpanggil untuk berkontribusi lebih. Terutama, ketika Pemerintah mencanangkan cita-cita mewujudkan Indonesia negara maju pada ulang tahun kemerdekaanya yang ke-100 di tahun 2045.
"Cita-cita ini membentangkan sebuah tantangan luar biasa bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan, dan khususnya bagi perguruan tinggi di bidang science and engineering seperti Institut Teknologi Bandung," paparnya.
Prof Emil Salim dalam pidato utamanya banyak menyuarakan tentang perubahan iklim yang berdampak pada banyak hal seperti kenaikan permukaan air laut, kesehatan, dan dampak lingkungan lainnya.
"Indonesia harus bisa merayakan Indonesia emas 2045 berkat dukungan science dan teknologi yang dipelopori oleh ITB," katanya.
Sementara menurut Gita Wirjawan yang hadir sebagai moderator, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa untuk keluar dari midle income trap (MIT), Indonesia memerlukan pertumbuhan di atas 7 persen per tahun dalam durasi tidak kurang dari 10 tahun. Hal ini, tidak mungkin dilakukan tanpa revitalisasi peran industri terutama dan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi.
"Pertumbuhan dengan laju setinggi itu dalam jangka waktu sepanjang tersebut nampaknya akan sulit jika tidak ditopang diantaranya oleh peran industri manufaktur yang kuat," katanya.
Dengan demikian, kata dia pekerjaan rumah pertama yang harus dikerjakan adalah melakukan revitalisasi sektor industri manufaktur yang justru mengalami kemunduran pasca reformasi. Serta, mendorong percepatan pertumbuhan sektor-sektor berbasis IPTEK (knowledge-based) lainnya.
"Sebagai upaya mengedepankan teknologi (𝑡𝑒𝑐ℎ𝑛𝑜𝑙𝑜𝑔𝑖𝑐𝑎𝑙-𝑜𝑟𝑖𝑒𝑛𝑡𝑒𝑑) dalam menopang pertumbuhan ekonomi tersebut, perguruan tinggi di bidang science and engineering perlu mengambil tantangan dengan lebih serius dan antisipatoris," katanya.