Jumat 08 Sep 2023 17:37 WIB

Erdogan: Kebebasan Berekspresi bukan Alasan untuk Membakar Alquran

Membakar Alquran melukai hati semua Muslim dan merusak nilai kebebasan.

Rep: Mabruroh/ Red: Erdy Nasrul
Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan.
Foto: EPA-EFE/MIKHAEL KLIMENTYEV
Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan penistaan terhadap Alquran tidak dapat dibenarkan dengan alasan kebebasan berekspresi. Tindakan tersebut merusak perdamaian dan stabilitas sosial. Pernyataan itu disampaikannya dalam pembicaraan dengan delegasi dari Dewan Organisasi Muslim AS (USCMO).

Erdogan juga meminta mereka pada hari Rabu untuk memberi tahu Kongres AS dan kalangan politik lainnya tentang bahaya Islamofobia selama pertemuan di Kompleks Kepresidenan di Ankara.

Baca Juga

“Saya juga mengucapkan terima kasih atas kerja dan solidaritas Anda terkait bencana gempa 6 Februari,” ujarnya merujuk pada gempa kembar yang pusat gempanya berada di selatan provinsi Kahramanmaras.

Erdogan juga mengatakan sumbangan komunitas Muslim AS senilai 100 juta dolar untuk para korban gempa merupakan wujud solidaritas Islam.

“Pendirian umat kita melawan Islamofobia, intoleransi dan diskriminasi serta persatuan mereka sangat penting dalam memerangi ancaman ini,” kata Erdogan dilansir dari TRT World, Jumat (8/9/2023).

Menunjukkan pentingnya tugas yang dilakukan oleh dewan untuk menjelaskan pemahaman Islam yang sebenarnya berdasarkan toleransi dan persaudaraan, Erdogan berujar, kekuatan Anda sebagai komunitas Muslim di Amerika menjadi contoh bagi seluruh dunia Islam dan merupakan sumber kekuatan dan inspirasi.

Bersihkan kejahatan rasial dan barbarisme

Erdogan menekankan pada kesempatan itu, bahwa pihaknya tidak menerima serangan terhadap Alquran di Eropa dengan kedok kebebasan berekspresi.  “Ini jelas merupakan kejahatan rasial dan barbarism,” tegasnya.

“Kami melihat sekali lagi dalam setiap kejadian betapa mereka yang menutup mata terhadap serangan terhadap Islam dan Muslim ini telah menginternalisasi nilai-nilai kemanusiaan,” tambahnya.

Erdogan menekankan bahwa diadopsinya resolusi di Majelis Umum PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia yang menganggap semua tindakan kekerasan terhadap kitab suci sebagai pelanggaran hukum internasional merupakan perkembangan penting.

“Tentu saja, jelas bahwa kami perlu memastikan bahwa keputusan-keputusan ini tercermin dalam praktik. Sebagai warga Turki, kami terus menyerukan kepada negara-negara terkait untuk mengambil tindakan yang diperlukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan rasial ini,” ungkapnya.

Erdogan juga meminta delegasi tersebut untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya Islamofobia di kalangan politik.

"Banyak dari Anda memiliki akses ke lingkaran politik di Amerika. Anda memainkan peran penting dalam hal perdamaian dan stabilitas sosial. Anda memiliki perwakilan dalam politik lokal dan federal. Dengan menggunakan pengaruh ini, Anda dapat secara efektif memberikan informasi kepada semua kalangan politik, terutama Kongres Amerika, bahwa serangan terhadap Alqur'an tidak dapat dipertahankan dengan alasan kebebasan berekspresi dan serangan tersebut menargetkan perdamaian dan stabilitas sosial," tegasnya.

“Saya yakin dukungan Anda akan berguna dalam menetralisir kampanye kotor lobi anti-Turki. Saya juga mengharapkan kontribusi Anda dalam menyampaikan fakta tentang organisasi teroris PKK, PYD, YPG dan FETO kepada publik Amerika,” tambahnya.

Kemenangan pemilu yang bersejarah

Sekretaris Jenderal USCMO Oussama Jammal kemudian menyatakan kehormatan dan kepuasannya bisa bersama dengan Erdogan.

“Kami datang ke sini hari ini untuk mengucapkan selamat kepada Anda. Anda telah meraih kemenangan pemilu yang bersejarah,” kata Jammal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement