REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Judha Nugraha mengungkapkan bahwa tidak ada WNI yang menjadi korban dalam banjir besar di Libya Timur. Banjir besar melanda wilayah Libya timur, seperti kota Benghazi, Sousse, Al Bayda, Al-Marj and Derna (sekitar 1050 Kilometer dari Ibu Kota Libya, Tripoli) pada 11 September 2023.
"KBRI Tripoli telah melakukan komunikasi dengan Otoritas di Libya Timur dan komunitas masyarakat Indonesia. Sampai Senin (11/9/2023), tidak terdapat informasi adanya WNI yang menjadi korban banjir besar di Libya timur," kata Judha dalam keterangannya kepada media pada Rabu (13/9/2023).
Judha menambahkan, KBRI Tripoli terus memantau perkembangan di lapangan. Pihaknya juga telah mengeluarkan imbauan melalui jejaring masyarakat agar WNI di wilayah tersebut meningkatkan kewaspadaan dan terus memantau prakiraan cuaca melalui media resmi Pemerintah.
Dia mencatat, sebagian besar WNI di Libya yang tercatat di data base KBRI Tripoli sebanyak 282 orang. Mereka bertempat tinggal di Libya barat.
Pemerintah Libya telah menetapkan status siaga/darurat terhadap banjir yang melanda. Operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung hingga Selasa (12/9/2023) waktu setempat).
Kerusakan sudut kota akibat badai besar di Derna, Libya, Selasa (12/9/2023) terjadi sangat besar. Badai besar menghantam Libya hingga merobohkan bendungan dan menyapu bersih seperempat kota Derna di bagian timur.
Jumlah korban tewas akibat banjir dahsyat di Libya timur diperkirakan akan melonjak secara drastis, mengingat sekitar 10.000 orang dilaporkan hilang. Perdana menteri pemerintahan yang berbasis di timur telah melaporkan lebih dari 2.000 orang tewas.