REPUBLIKA.CO.ID, HAWAII – Otoritas Hawaii, Amerika Serikat (AS), telah merevisi jumlah korban tewas akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pulau Maui menjadi sedikitnya 97 jiwa. Sebelumnya para pejabat di sana mengungkapkan, mereka yakin kebakaran paling mematikan di wilayah AS dalam 100 tahun terakhir itu menewaskan setidaknya 115 orang.
Direvisinya jumlah minimum korban tewas dilakukan setelah adanya pengujian lebih lanjut dari sampel DNA. Melalui proses itu terungkap bahwa mereka memiliki beberapa sampel DNA dari beberapa korban. Kepala Polisi Maui John Pelletier mengatakan, jumlah orang hilang juga turun dari 41 menjadi 31 orang.
Dalam konferensi pers pada Jumat (15/9/2023) sore, Direktur Laboratorium Defense POW/MIA Accounting Agency John Byrd mengatakan, jumlah korban tewas saat ini harus dianggap minimum. Sebab ada kemungkinan jumlahnya bisa bertambah. Menurut John Pelletier, sejauh ini 74 korban tewas telah diidentifikasi secara positif.
Byrd menjelaskan, jumlah korban tewas yang lebih tinggi di awal disebabkan oleh beberapa alasan. Salah satunya adalah penghitungan jasad yang masih sembarang atau tanpa dicermati terlebih dulu.
“Kami melihat kantong jenazah yang masuk dan kami melakukan inventarisasi awal dan kami menilai berapa banyak orang yang terwakili di sana. Ketika Anda melakukan penghitungan pertama dari semua yang masuk, jumlahnya cenderung terlalu tinggi karena ketika Anda mulai melakukan lebih banyak analisis dan pemeriksaan, Anda menyadari bahwa sebenarnya Anda memiliki dua tas yang merupakan orang yang sama atau Anda punya dua tas yang berisi dua orang yang sama tetapi Anda tidak menyadarinya,” kata Byrd.
“Angka-angka tersebut awalnya agak terlalu tinggi di sisi kamar mayat dan akhirnya menetap sampai suatu saat nanti akan menjadi angka akhir yang akurat. Menurut saya, kita belum sampai di sana,” tambahnya.
Dalam beberapa kasus lain, sisa-sisa tubuh hewan tidak sengaja dikumpulkan bersama sisa jenazah manusia. Hal itu menyebabkan penghitungan jumlah korban menjadi lebih tinggi. Saat ini upaya penyatuan kembali jenazah-jenazah yang hancur masih dilakukan.
Para pejabat Hawaii mengatakan, upaya mengembalikan jenazah kepada keluarga korban tidak hanya melibatkan proses uji DNA. Para antropolog membantu dan para pejabat mengumpulkan petunjuk dari perawatan gigi serta peralatan medis seperti alat pacu jantung jika memungkinkan.
Karhutla di kota Lahania, Pulau Maui, mulai terjadi pada 8 Agustus 2023 lalu. Sejauh ini belum ada penjelasan terperinci mengenai faktor pemicu kebakaran. Menurut warga Maui, mereka tidak memperoleh peringatan tentang terjadinya karhutla di pulau tersebut. Sirene yang ditempatkan di sekitar pulau, yang dimaksudkan memberi peringatan bencana alam, tak berbunyi.
Peringatan hanya dikirim melalui ponsel, TV, dan stasiun radio. Hal itu membuat warga di sana marah. Faktor itu pula yang diduga menyebabkan jumlah korban tewas akibat karhutla mendekati 100 jiwa.