REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Intan Khasanah merupakan salah satu penyintas limfoma hodgkin. Untuk mengobati penyakitnya ini, Intan menjalani terapi selama hampir 7 tahun untuk kanker stadium 4 yang menjangkitinya.
Penyakitnya bermula di 2012, diawali dengan demam tinggi dan benjolan kecil di leher. “Awalnya terdiagnosis TBC,” ujar Intan dalam acara peringatan Hari Kesadaran Limfoma Sedunia (World Lymphoma Awareness Day/WLAD) di Jakarta pekan lalu.
Ia sempat menjalani pengobatan untuk TBC selama beberapa waktu, hingga akhirnya kondisinya kian memburuk. Benjolan di lehernya makin membesar, disertai berbagai gejala lain. Dadanya terasa sesak, dan Intan mengalami kelelahan yang teramat sangat. Benjolan kemudian dioperasi dan dibiopsi. Ditemukan bahwa Intan terkena limfoma hodgkin stadium 4.
“Ketika diagnosis sudah benar dan tepat, penting untuk kita menuntaskan pengobatan. Sebisa mungkin kita upayakan untuk menyelesaikan pengobatan untuk hasil yang optimal," kata Intan.
Kanker tidak pernah menyurutkan semangat Intan. Ia menjalani pengobatan dengan tetap ceria dan semangat belajar, meski harus bolak-balik ke rumah sakit. Intan mengungkapkan pada 2018 setelah menjalani 26 kali kemoterapi, 70 kali radiasi, dan 5 kali operasi, Intan dinyatakan bebas atau remisi dari kanker.
Hingga pada tahun 2018, Intan lulus dari Jurusan ilmu komunikasi FISIP UI. “Kanker tidak mematikan harapan dan peluang. Yang mematikan harapan dan peluang itu diri sendiri, kalau kita memutuskan untuk menyerah,” ujar Intan.
Apa itu limfoma hodgkin?
Limfoma hodgkin adalah salah satu dari dua jenis kanker pada sistem kelenjar getah bening. Pada limfoma Hodgkin, kanker terjadi akibat mutasi sel B pada sistem limfatik, yang ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg melalui pemeriksaan patologi. Berbeda dengan kanker limfoma jenis lainnya yaitu limfoma non-Hodgkin, yang tidak ditemukan adanya sel Reed-Sternberg.
Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik, Dr dr Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM, menjelaskan kanker limfoma jenis Hodgkin umumnya menyebar bertahap melalui pembuluh getah bening. "Pada stadium lanjut bisa menyebar melalui aliran darah ke organ vital seperti hati, paru-paru dan sumsum tulang belakang, meski sangat jarang.”
Ia menyampaikan pentingnya masyarakat mengenali gejala limfoma Hodgkin. Di antaranya pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan/atau pangkal paha, dan bisa disertai dengan B symptoms. Yaitu demam diatas 38 derajat Celcius, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot lebih dari 10 persen selama 6 bulan, gatal-gatal, dan kelelahan yang luar biasa.
Sebagian besar kasus limfoma hodgkin menjangkiti usia muda (15 sampai 30 tahun). “Kasus limfoma Hodgkin banyak ditemukan di usia muda karena sistem imun belum terbentuk secara matang, sehingga mudah mengalami perubahan,” ujar dr. Andika.
Namun demikian, usia dewasa akhir (diatas 55 tahun) juga berisiko. Secara biologis, penyakitnya berbeda dengan yang terjadi di usia muda. Ditengarai ada keterlibatan dari berbagai faktor, termasuk histologi selularitas, virus Epstein-Barr, dan lain-lain.