Ahad 01 Oct 2023 20:45 WIB

Megawati: Indonesia Adil-Makmur tak Terwujud Jika Pemimpin Lahir tanpa Kesinambungan

Karena berbeda visi kepemimpinan, akan berbeda perkembangan kebijakan pemerintahnya.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andri Saubani
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berpidato pada penutupan Rakenrnas IV PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Ahad (1/10/2023). Rakernas IV PDIP menghasilkan sembilan poin rekomendasi eksternal tentang kedaulatan pangan dan delapan rekomendasi eksternal tentang pemenangan pemilu.
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berpidato pada penutupan Rakenrnas IV PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Ahad (1/10/2023). Rakernas IV PDIP menghasilkan sembilan poin rekomendasi eksternal tentang kedaulatan pangan dan delapan rekomendasi eksternal tentang pemenangan pemilu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri menyinggung pentingnya keberlanjutan kebijakan dan program dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur. Namun, hal tersebut tak dapat terwujud jika pemimpinnya tak menginginkan kesinambungan.

"Indonesia adil, makmur itu tidak akan terwujud, nah ini toh, apabila pemimpinnya itu lahir tanpa kesinambungan, hanya (program) kurun waktu lima tahunan periode pemilu," ujar Megawati dalam pidato penutupan rapat kerja nasional (Rakernas) IV PDIP, Ahad (1/10/2023).

Baca Juga

Ia menganalogikan hal tersebut seperti berdansa. Karena berbeda kepemimpinan, akan berbeda pula perkembangan terhadap sebuah kebijakan pemerintah.

"Itu yang saya bilang berdansa, nanti ke sana ke depan, udah baik diubah ke belakang lagi, diubah lagi. Haduh saya sampai pusing kadang-kadang. Ini gimana sih mauny republik ini," ujar Megawati.

"Nah kalau kurun waktu yang begitu panjang, pasti bangsa Indonesia itu akan memerlukan ilmu pengetahuan. Jadi pengembangan riset inovasi itu adalah suatu mata rantai sistem produksi," sambung Presiden ke-5 Republik Indonesia itu.

Lanjutnya, ia menjelaskan bahwa dirinya memiliki hak prerogatif dalam memilih bakal calon presiden (capres) yang diusung pihaknya. Dalam hal ini adalah Ganjar Pranowo yang diyakininya dapat memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

"Hingga pada saatnya nanti melalui perjuangan kita semua yang menyatu dengan rakyat, saya yakin, haqqul yakin, ainul yaqin, InsyaAllah kalau kita kerja keras Ganjar pranowo bisa menjadi Presiden ke-8," ujar Megawati.

Kendati demikian, ia mengingatkan kepada siapapun yang akan maju menjadi pemimpin untuk tak memikirkan haknya. Namun, mereka haruslah memikirkan kewajibannya dalam menghadirkan kesejahteraan untuk rakyat.

Ia pun menyinggung Presiden Joko Widodo yang telah melewati dinamika politik sebagai kader PDIP selama sekira 22 tahun. Jokowi dipandangnya memiliki rekam jejak yang lengkap dari kader biasa, kemudian menjadi wali kota Solo, lalu menduduki posisi gubernur DKI Jakarta, hingga akhirnya terpilih menjadi presiden dua periode.

"Pemilu yang merupakan persoalan masa depan tentang bagaimana membangun kesinambungan. Jadi ya dimulai dari masa Bung Karno yang telah membuka gerbang kemerdekaan, juga ketika saya memimpin dengan menyelesaikan berbagai krisis ekonomi politik dan sosial," ujar Megawati.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement