REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Mengutip Tafsir Qashashi jilid III karya Sofyan Hadi menyebutkan Nabi Daud AS, nama lengkapnya adalah Daud bin Yisya bin Uwaibid bin Bu'az bin Salmun bin Hasyun bin Aminadab bin Aram bin Hashrun bin Farish bin Yahuza bin Ishaq bin Ibrahim bin Azar bin Nahur bin Saruj bin Ra'u bin Falij bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh bin Lamak bin Mutawasylah bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam as.
Dengan demikian Nabi Daud as adalah turunan ke-13 dari Nabi Ibrahim as. Nabi Daud as memiliki 12 orang saudara laki-laki yang tinggal di kota Baitlehem Palestina.
Nabi Daud lahir dan tumbuh di Palestina. Pada saat itu Bani Israil dipimpin oleh seorang raja bernama Thalut. Ketika raja Thalut dan pasukannya berperang melawan bangsa Palestina yang dipimpin raja Jalut, Daud bersama tiga orang saudaranya sudah ikut dalam peperangan itu. Oleh ayahnya, Daud tidak dibolehkan berada di barisan depan dan ikut berperang karena usianya yang masih sangat muda dan belum memiliki pengalaman perang.
Ketika kedua pasukan telah saling berhadapan, raja Palestina, Jalut menantang petarung dari Bani Israil untuk berduel, tapi tidak seorangpun yang berani menghadapinya. Daud lupa pesan ayahnya dan dia maju untuk perang tanding melawan raja Jalut yang dikenal kuat dan kejam. Walaupun usianya masih muda dan yang dihadapi adalah manusia kuat dan bengis, namun Daud mampu mengalahkan Jalut dan membunuhnya.
Sebagai imbalan terhadap jasanya, Daud yang telah mengalahkan Jalut sekaligus membela kehormatan raja Thalut, maka dia dijadikan menantu oleh Thalut dan dia dikawinkan dengan Mikyal, putri kerajaan. Selain sebagai menantu, raja Thalut juga menobatkan Daud sebagai penasehat dan orang kepercayaannya.
Daud dipuja dan dihormati oleh Bani Israel ketika itu bukan hanya karena kapasitasnya sebagai menantu raja, tapi juga sebagai pahlawan bagi bangsa Bani Israil karena telah berhasil membela harkat dan martabat Bani Israil.
Keakraban dan saling menghormati antara mertua dan menantu ini akhirnya sirna karena perubahan sikap raja Thalut. Daud merasa mertuanya mulai antipati kepadanya bahkan membencinya. Diapun heran dengan perubahan drastis sikap mertuanya itu.
Nabi Daud mencari tahu sebab perubahan mertuanya terhadap dirinya dan bertanya kepada isterinya. Dengan berat hati isterinya, Mikyal, menjelaskan bahwa sikap antipati ayahnya lahir karena rasa iri kepada Daud. Daud lebih dikagumi oleh Bani Israil daripada ayahnya. Raja Thalut sudah khawatir pamor dan kharismatik Daud mengancam posisinya.
Walaupun mertuanya telah berubah sikap terhadap dirinya, namun Daud tidak memberikan respon negatif. Daud tetap santun, hormat dan mematuhi semua perintahnya dengan sepenuh hati. Raja Thalut berkali-kali memerintahkan Daud memimpin pasukan untuk berperang dengan harapan Daud segera terbunuh dalam peperangan.
Akan tetapi, setiap peperangan yang dipimpinnya, Daud selalu kembali dengan kemenangan gemilang. Hal demikian menambah kekaguman Bani Israil kepada Daud dan semakin meredupkan pengaruh raja Thalut. Akhirnya, raja Thalut menyusun rencana pembunuhan terhadap Daud dengan sangat sadis dan kejam.
Rencana ini kemudian diketahui puterinya yang juga isteri Daud sendiri. Isterinya menyarankan agar Daud pergi meninggalkan Palestina. Daud pun pergi di malam hari tanpa diketahui oleh siapapun. Maka tersebarlah berita di kalangan Bani Israil bahwa Daud menghilang.
Mendapatkan kabar kehilangan itu, maka semua Bani Israil mengerahkan kemampuan mereka untuk mencari Daud. Kepergian Daud membuat Bani Israil seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari mereka. Mereka mengorbankan semua yang mereka miliki untuk mencari dan menemukan Daud.
Akhirnya, merekapun berhasil menemukan Daud dan mengajaknya kembali ke Palestina. Mereka juga mengetahui rencana jahat raja Thalut terhadap Daud. Namun demikian, Daud tidak membalas kejahatan raja Tahlut kepadanya dengan kejahatan serupa. Dia justru membalasnya dengan tetap berbuat baik kepadanya. Kewibawaan raja Thalut semakin merosot, seiring semakin bertambahnya kekaguman Bani Israel terhadap Daud.
Menyadari kewibawaannya telah merosot dan Bani Israil semakin mencintai Daud, raja Thalut menyerahkan kekuasaannya. Thalut menebus kesalahannya dengan dengan pergi meninggalkan Palestina. Hingga akhir hayatnya dia tidak pernah lagi kembali ke kerajaannya.
Kisah Nabi Daud as dengan Thalut ini diceritakan di dalam Al-Qur'an dalam pada banyak surat dan ayat. Salah satunya Al-Baqarah ayat 251,
فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُودُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan Daud membunuh Jalut. Kemudian, Allah menganugerahinya (Daud) kerajaan dan hikmah (kenabian); Dia (juga) mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Akan tetapi, Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam.