REPUBLIKA.CO.ID, MERANTI -- Masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, juga dihebohkan dengan isu adanya beras sintetis. Hal itu disebabkan beberapa waktu lalu heboh di media sosial dan WhatsApp grup bahwa ada beras yang dijual di pasaran di Kepulauan Meranti diduga beras plastik.
Foto dan video beras tersebut menyebar luas dan menjadi pembicaraan masyarakat. Pemkab Meranti melalui Disperindag, Satpol PP, dan kepolisian mengambil sampel untuk diuji di laboratorium. Hasilnya dipastikan beras tersebut adalah benar-benar beras biasa dan layak dikonsumsi.
Plt Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H Asmar, memastikan beras yang heboh di media sosial bukanlah beras sintetis. Beras yang beredar tersebut adalah beras biasa dan layak dikonsumsi.
"Itu adalah beras biasa dan layak konsumsi, jadi masyarakat tidak perlu ragu lagi," kata Asmar, Sabtu (21/10/2023).
Asmar menyebut kepastian tersebut setelah Pemerintah Kabupaten Meranti mengirimkan sampel beras ke laboratorium BBPOM RI di Pekanbaru. Asmar mengatakan sampel yang diuji BBPOM memenuhi syarat beras yang layak dikonsumsi. Sebab, dipastikan tidak mengandung plastik sebagaimana dikhawatirkan warga.
Beras yang diduga mengandung plastik itu berasal dari benih IR42. Di Meranti, sebenarnya juga ada yang menggunakan benih IR42, tetapi pengolahannya secara sederhana sehingga hasil beras tak masuk kategori premium.
Sebelumnya, isu beras sintetis juga menghebohkan warga Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Beras yang awalnya diduga sintetis itu ditemukan oleh seorang warga bernama Desi, yang sehari-hari berjualan nasi goreng di kawasan Campago Ipuh, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi. Setelah mengonsumsi beras, Desi dilaporkan mengalami pusing dan mual serta tenggorokan panas.
Kepala Dinas Pangan Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), Saiful Bahri, juga memastikan isu adanya berss sintetis yang ditemukan di Kota Bukittinggi tidak benar. Saiful memastikan tidak benar setelah adanya hasil uji klinis yang dilakukan di laboratorium Saraswanti Bogor. "Mengenai isu ini kita jawab dengan ilmiah saja. Setelah diuji coba di laboratorium Saraswanti Bogor hasilnya negatif sintetis. Hasil laboratoriumnya keluar pada Sabtu, (14/10) kemarin," kata Saiful, Senin (16/10/2023) lalu.
Saiful Bahri menambahkan, terkait warga yang sakit yang awalnya diduga beras sintetis itu sudah diobati dan sakitnya bukan disebabkan akibat beras yang dikonsumsinya.
"Warga ini sudah diobati dan sudah dipastikan penyebabnya bukan karena beras yang dikonsumsinya," ucap Saiful.