Rabu 25 Oct 2023 17:26 WIB

Pernyataan Macron di Depan Netanyahu dan Abbas Berbeda

Macron menyampaikan pernyataan yang berkebalikan ketika bertemu Netanyahu

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Presiden Palestina Mahmoud Abbas melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Ramallah, Tepi Barat, pada Selasa (24/10/2023).
Foto: AP Photo/Christophe Ena
Presiden Palestina Mahmoud Abbas melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Ramallah, Tepi Barat, pada Selasa (24/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Ramallah, Tepi Barat, pada Selasa (24/10/2023). Dalam kesempatan itu, Macron menyampaikan pernyataan yang berkebalikan yang disampaikan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem.

Macron mengatakan kepada wartawan, tidak ada yang bisa membenarkan penderitaan warga sipil di wilayah Palestina sejak serangan 7 Oktober terhadap Israel. “Tidak akan ada perdamaian yang berkelanjutan jika tidak ada pengakuan atas hak sah rakyat Palestina untuk memiliki wilayah dan negara," ujarnya.

Baca Juga

Macron merupakan pemimpin Barat pertama yang mengunjungi markas besar Otoritas Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat saat ini. “Tidak akan ada perdamaian yang berkelanjutan jika tidak ada pengakuan yang jelas dari rakyat Palestina dan otoritas mereka terhadap negara Israel serta pentingnya keberadaan dan keamanannya,” ujarnya.

Sebelum pertemuan itu, Macron bertemu PM Israel, Benjamin Netanyahu. Di depan Netanyahu, ia menekankan bahwa Prancis dan Israel berbagi terorisme sebagai musuh bersama. Dia  mengusulkan agar koalisi internasional yang memerangi ISIS di Irak dan Suriah diperluas hingga mencakup perang melawan kelompok Palestina Hamas di Gaza. 

“Prancis siap untuk koalisi internasional melawan Daesh di mana kami mengambil bagian dalam operasi di Irak dan Suriah untuk juga berperang melawan Hamas,” kata Macron mengacu pada ISIS.

Koalisi pimpinan AS yang memerangi ISIS dibentuk pada September 2014. Kantor Macron mengatakan, gagasan tersebut adalah untuk mendapatkan inspirasi dari koalisi dan Prancis bersedia berdiskusi dengan Israel serta mitranya mengenai hal-hal yang mungkin relevan terhadap Hamas.

“Koalisi internasional melawan Daesh tidak membatasi diri pada operasi di lapangan, namun juga terlibat dalam pelatihan pasukan Irak, berbagi informasi antar mitra, dan perang melawan pendanaan terorisme,” kata pemimpin Prancis itu.

Sedangkan Abbas menegaskan kepada Macron, bahwa komunitas internasional harus menghentikan agresi Israel saat memerangi Hamas di Jalur Gaza. “Kami mendesak Anda, Presiden Macron, untuk menghentikan agresi ini,” kata Abbas setelah kedua pemimpin mengadakan pembicaraan di Ramallah yang didominasi oleh perang yang telah menyebabkan ribuan warga sipil terbunuh di Gaza dan Israel.

Pemimpin Palestina mengutuk keras serangan udara Israel yang menurutnya membunuh warga sipil tak berdosa dengan cara yang biadab. Abbas mengatakan dikutip dari Al Arabiyah, Israel dan negara-negara pendukungnya bertanggung jawab atas konflik tersebut. Dia menyatakan, harus ada konferensi perdamaian internasional mengenai Gaza.

Israel mengatakan, bahwa 1.400 orang tewas ketika Hamas melakukan serangan tidak terduga ke Israel selatan pada 7 Oktober. Namun, Israel membalas dengan sangat kejam, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 5.791 orang, termasuk lebih dari 2.000 anak-anak dan 1.400 perempuan terbunuh dalam serangan udara Israel. Dwina Agustin

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement