REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dengan tegas menolak resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata dengan Hamas. Ia juga menolak untuk membuka lebar akses pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Netanyahu bahkan menuduh ajakan gencatan senjata merupakan bagian dari "poros kejahatan" yang didukung oleh Iran.
Netanyahu menghidupkan kembali retorika 'poros kejahatan' dalam konferensi pers, Senin (30/10/2023), dengan mengulangi narasi pidato lama soal "poros kejahatan" oleh mantan Presiden AS George W. Bush pada tahun 2002. Netanyahu bertanya, apakah "dunia yang beradab (siap) untuk melawan orang-orang barbar dan para sekutunya yang ingin mengantarkan dunia yang penuh dengan ketakutan dan kegelapan". Netanyahu merujuk secara tak langsung kepada Hamas
"Ini saatnya bagi kita untuk memutuskan apakah kita bersedia berjuang demi masa depan yang penuh harapan dan janji atau menyerah pada tirani dan teror," ujar Netanyahu dalam sebuah pengarahan kepada media di Tel Aviv, Senin (30/10/2023).
"Mereka adalah bagian dari poros kejahatan yang telah dibentuk Iran, poros teror," katanya, seraya menambahkan bahwa Hamas, adalah "musuh peradaban" dunia.
Sementara itu, Amerika Serikat di bawah komando Joe Biden tak bisa berbuat banyak. Meski tak lagi bicara soal pengiriman pasukan ke Israel, Biden tidak mendorong gencatan senjata. Ia hanya terfokus pada pengiriman bantuan. Pihak pemerintahan Biden disebut sedang berusaha untuk memasukkan 100 truk bantuan ke Gaza melalui Mesir setiap harinya
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby membenarkan bahwa sama sekali tidak ada titik terang antara AS dan Israel dalam hal ini. AS tidak percaya bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas saat ini merupakan "jawaban yang tepat", kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby.
"Kami tidak tahu apakah gencatan senjata adalah jawaban yang tepat untuk saat ini," kata Kirby. "Kami percaya bahwa gencatan senjata saat ini bisa menguntungkan Hamas, dan warga Gaza. Tapi Hamas adalah satu-satunya pihak yang akan diuntungkan dengan hal tersebut saat ini."
Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 8.000 warga Palestina sejak 7 Oktober, hampir setengahnya adalah anak-anak, dan jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan perluasan operasi darat di Gaza.