Selasa 07 Nov 2023 16:13 WIB

Genap Sebulan Perang Berlangsung, Netanyahu Akui Hamas Musuh yang Sangat Tangguh

Netanyahu mengakui Hamas musuh yang tangguh dan tidak akan memberi pengampunan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP Photo/Abir Sultan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwina Agustin, Amri Amrullah, Mabruroh

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui, Hamas sebagai musuh yang tangguh yang harus dilawan oleh angkatan bersenjatanya. Hari ini tepat sebulan perang Israel-Hamas dan Netanyahu menegaskan tidak akan mengambil keputusan gencatan senjata meski 10 ribu warga Palestina telah dilaporkan tewas akibat agresi militer Zionis.

Baca Juga

“Ini (Hamas) adalah musuh yang sangat tangguh, tetapi kita tidak bisa membiarkan mereka memiliki kekebalan,” kata Netanyahu dalam keterangan resminya di Tel Aviv, Selasa (7/11/2023) dikutip Aljazirah.

Meski demikian, Netanyahu mempertimbangkan 'jeda taktis' untuk mempersilakan bantuan kemanusiaan masuk Gaza. Jeda kemanusiaan itu pun akan dikontrol secara ketat oleh IDF.

“Tidak akan ada gencatan senjata, gencatan senjata umum, di Gaza tanpa pembebasan sandera kami. Selama jeda taktis, satu jam di sini, satu jam di sana–kita sudah pernah mengalaminya sebelumnya,” ujar Netanyahu.

Israel saat ini berada di bawah tekanan internasional yang semakin besar untuk menghentikan pengeboman terhadap Gaza. Presiden AS Joe Biden pun telah menekan Netanyahu untuk menyetujui jeda kemanusiaan yang mengizinkan bantuan masuk ke Gaza.

Menurut Kementerian Kesehatan di daerah kantong yang dikelola Hamas, setidaknya 10.022 warga Palestina, termasuk lebih dari 4.100 anak-anak, telah terbunuh di Gaza selama perang yang berlangsung selama sebulan tersebut. Netanyahu menyatakan, hilangnya nyawa warga sipil adalah sebuah “tragedi”, tetapi membantah laporan jumlah korban terbunuh tersebut.

Netanyahu mengatakan, bahwa jumlah tersebut termasuk beberapa ribu pejuang Palestina. Dia juga menuduh Hamas menggunakan penduduk Gaza sebagai tameng manusia.

Ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan ABC pada Senin (6/11/2023), siapa yang harus memerintah Gaza setelah perang, Netanyahu menjawab, ketika konflik selesai, Israel akan memegang keamanan secara keseluruhan di Gaza untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. 

"Karena kita telah melihat apa yang terjadi jika kita tidak mempunyai tanggung jawab keamanan tersebut," kata Netanyahu.

Menurut Netanyahu, saat Israel tidak memegang keamanan di Gaza, justru itu yang membuat meletusnya teror oleh Hamas dalam skala yang tidak dapat dibayangkan. Penyataan ini jelas-jelas membantah permintaan sekutu terdekatnya, AS.

Diketahui, Joe Biden sudah pernah memperingatkan, pendudukan di Gaza akan menjadi 'kesalahan besar' Israel. Meskipun Biden sangat mendukung perang Netanyahu melawan Hamas, kedua pemimpin memiliki perbedaan taktik. Mereka tidak sepaham dalam upaya untuk mencegah jatuhnya korban sipil dan perlunya jeda dalam pertempuran untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement