REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bumi baru saja mengalami 12 bulan terpanas di era modern, dan mungkin menjadi periode terpanas dalam 125 ribu tahun terakhir. Hal ini merujuk pada analisis dari organisasi nirlaba Climate Central.
Para peneliti menganalisis suhu rata-rata global dari November 2022 hingga Oktober 2023, dan menemukan bahwa suhu tersebut sekitar 1,32 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri. Dalam 12 bulan terakhir, 90 persen populasi dunia mengalami setidaknya 10 hari dengan suhu tinggi yang tidak mungkin terjadi tanpa pengaruh perubahan iklim, demikian hasil analisis tersebut.
Satu dari empat orang juga dilaporkan mengalami gelombang panas selama lima hari, yang setidaknya dua kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim.
"Ini adalah suhu terpanas yang pernah dialami planet kita dalam kurun waktu 125.000 tahun terakhir," kata wakil presiden Climate Central, Andrew Pershing, seperti dilansir NBC, Kamis (9/11/2023).
Para peneliti mengatakan bahwa perubahan iklim akibat pembakaran bahan bakar fosil merupakan penyebab utama peningkatan suhu. El Nino, pola iklim alami yang melepaskan panas laut ke atmosfer, juga mulai meningkatkan suhu.
Namun demikian, analisis ini tampaknya tidak terlalu mengejutkan. Para ilmuwan memproyeksikan Bumi akan terus memecahkan rekor panas sampai masyarakat menghentikan polusi karbon. Namun, analisis ini menunjukkan betapa meluasnya ancaman panas di seluruh dunia selama 12 bulan terakhir dan betapa sedikitnya tempat yang terhindar dari pengaruh perubahan iklim.
Banyak ilmuwan, termasuk Pershing, memperkirakan tahun depan akan mencatat rekor baru karena pengaruh El Nino yang semakin kuat."El Nino akan benar-benar mulai menggigit tahun depan," kata dia.
Analisis Climate Central didasarkan pada metode yang telah ditinjau oleh rekan sejawat yang digunakan dalam penelitian sebelumnya, tetapi hasil baru ini belum melalui tinjauan rekan sejawat. Climate Central memiliki reputasi yang kuat dalam menganalisis tren iklim.
Kelompok ini merilis analisis 12 bulannya pada malam menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB tahun 2023, yang sering disebut COP28 dan dijadwalkan berlangsung di Dubai dari 30 November hingga 12 Desember. Para pemimpin dunia akan membahas tanggung jawab negara-negara kaya untuk memberikan dana adaptasi iklim kepada negara-negara berkembang dan miskin.
Sebuah laporan baru dari Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) dan beberapa kelompok penelitian iklim menemukan bahwa para pemimpin dunia gagal untuk melakukan transisi dari bahan bakar fosil. Laporan tersebut mengatakan bahwa pemerintah berencana untuk mengekstraksi dan memproduksi dua kali lipat jumlah bahan bakar fosil yang dibutuhkan untuk menjaga agar suhu global tidak melebihi 1,5 derajat Celsius di atas kondisi praindustri.