Rabu 22 Nov 2023 15:28 WIB

Korban Pelecehan Cenderung Lama Melapor, Ini Alasannya

Banyak korban pelecehan harus menunggu bertahun-tahun baru melaporkan kasusnya.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Qommarria Rostanti
Kasus pelecehan atau kekerasan (ilustrasi). Ada beberapa alasan mengapa korban pelecehan atau kekerasan lama atau enggan melapor tentang yang dialaminya.
Foto: Foto : MgRol112
Kasus pelecehan atau kekerasan (ilustrasi). Ada beberapa alasan mengapa korban pelecehan atau kekerasan lama atau enggan melapor tentang yang dialaminya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pelecehan tidak hanya terjadi pada perempuan, tetapi juga laki-laki. Namun, pengaduan pelaporan kerap tidak cepat. Banyak korban harus menunggu bertahun-tahun baru melaporkan pelecehan.

Sebenarnya ini terjadi karena sejumlah hambatan yang menghalangi mereka untuk segera melaporkan pelecehan. Berikut sejumlah alasan mereka lama melaporkan kasus pelecehan, seperti dilansir HuffPost, Rabu (22/11/2023):

Baca Juga

1. Rasa takut

Spesialis komunikasi di Women Against Abuse Katie Young-Wildes mengatakan salah satu hambatan terbesar adalah rasa takut. Meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan dan melaporkan pelecehan justru dapat menempatkan orang tersebut dalam bahaya yang lebih besar dalam beberapa kasus.

“Berkali-kali, kita melihat kekerasan dalam rumah tangga menjadi lebih parah ketika seseorang mencoba untuk membebaskan diri. Itu karena kekerasan dalam rumah tangga adalah soal kekuasaan dan kendali,” kata dia.

2. Keraguan korban

Terapis pernikahan dan keluarga berlisensi di New York City, Racine Henry, mengatakan, terkadang para korban memerlukan waktu untuk memercayai cerita mereka sendiri. Mereka sering meragukan ingatan mereka karena informasi yang diberikan oleh orang-orang di sekitar mereka, baik itu dari pelaku kekerasan atau orang-orang di luar hubungan tersebut.

“Karena orang-orang bilang, 'Ya, itu tidak benar,' dan 'Itu tidak seburuk itu,' dan 'Bagaimana dengan barang-barang yang dia belikan untukmu?',” ujar dia.

3. Trauma

Pendiri dan direktur klinis Bloom Psychology and Wellness di Toronto, Meghan Watson, mengatakan, tidak semua korban siap melaporkan kasus pelecehan karena itu akan membangkitkan ingatan pilu mereka. “Menghidupkan kembali pengalaman traumatis sangatlah sulit. Gejala-gejala trauma antara lain kewaspadaan yang berlebihan hingga mimpi buruk merupakan keadaan yang sangat sulit untuk dialami,” katanya.

4. Dampak pada karier

Bagi sejumlah figur publik, kasus pelecehan bisa menyeret nama mereka ke reputasi yang buruk. Bahkan, itu bisa berdampak pada karier mereka.

“Tokoh masyarakat yang berani bersuara akan tertantang dengan keputusan tersebut sambil mengkhawatirkan hal-hal seperti membahayakan pekerjaan dan reputasi mereka. Mereka juga harus memikirkan perhatian media yang akan mereka dapatkan,” ujar Young-Wildes.

5. Bergantung pada pelaku

Bagi banyak orang, kurangnya sumber daya menjadi hambatan besar dalam mengakhiri hubungan atau melaporkan pelecehan. Pelaku kekerasan mungkin bertanggung jawab atas semua sumber daya yang diperlukan orang tersebut, seperti menyediakan tempat tinggal, membayar mobil, biaya pengobatan, dan banyak lagi.

Bagi seseorang yang tidak memiliki penghasilan atau penghasilan yang tidak mencukupi, gagasan untuk meninggalkan orang yang mendukung Anda terasa mustahil. Hal ini menjadi lebih rumit jika melibatkan anak-anak.

6. Tidak percaya pada penegak hukum

Menurut Watson, ketidakpercayaan terhadap penegak hukum adalah salah satu alasan paling umum mengapa kliennya tidak melaporkan pelecehan. Sebab, para penegak hukum tidak bisa mengambil tindakan apa pun sampai ada masalah atau kejahatan yang signifikan.

“Jadi, dalam banyak kasus, Anda harus menunggu untuk dirugikan agar sesuatu terjadi dari sudut pandang penegakan hukum dan responden pertama. Itu sangat melemahkan semangat,” kata Watson.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement