Dia menerangkan, bakteri wolbachia menghambat perkembangan virus dengue di tubuh nyamuk aedes aegypti. Itu berarti, kemampuan nyamuk dengan wolbachia dalam menularkan virus ke manusia akan berkurang.
Ketika nyamuk aedes aegypti dengan wolbachia berkembang biak di populasi nyamuk, maka kasus dengue akan menurun. Dia menyebutkan beberapa cara berkembang biak nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia.
Pertama, jika nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan nyamuk betina ber-wolbachia, telurnya akan menetas dan menghasilkan nyamuk ber-wolbachia.
Kedua, jika nyamuk jantan tidak ber-wolbachia kawin dengan betina ber-wolbachia, telurnya akan menetas dan menghasilkan nyamuk ber-wolbachia.
Ketiga, jika nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan betina tidak ber-wolbachia, maka telurnya tidak akan menetas.
“Mengenai proses penyebarannya, sebuah ember memuat 250-300 telur nyamuk, dengan angka penetasan kurang lebih 90 persen. Jumlah nyamuk yang akan disebarkan sebesar 10 oerseb dari populasi nyamuk di daerah tersebut,” kata dia.
Penyebarannya dilakukan 12 kali. Artinya, ada pelepasan kurang lebih 2-3 nyamuk per meter setiap dua pekan dan dilakukan sebanyak 12 kali.
Budi mengatakan, penelitian teknologi nyamuk ber-wolbachia itu sudah lama dilakukan. Dalam penelitiannya, peneliti menjalankan semua tahapan dan tidak memangkas alias bypass prosesnya.
Baca juga: Raksasa Bank Riba Yahudi-Jerman Rothschild yang Kuasai Dunia dan Isyarat Alquran
Hasil studi Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) tahun 2017-2020 menunjukkan setelah nyamuk ber-wolbachia dilepaskan, kasus dengue menurun hingga 77 persen.
“Sudah jelas sekali hasil studi AWED begitu wolbachia disebar dengue-nya turun. Jadi secara data, secara sains, secara fakta, sudah jelas. Itu sebabnya kemudian Kemenkes yakin kita terapkan ini (wolbachia),” ungkap Budi.
Selanjutnya, kata dia, Kemenkes melakukan implementasi awal program wolbachia di lima kota, yakni Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, Kupang, dan terakhir akan di fasilitasi pelaksanaan di Denpasar. Pemilihan wilayah itu berdasarkan analisis insiden dengue, kepadatan penduduk, keterwakilan wilayah, dan komitmen kepala daerah.