Berdasarkan pantauan Republika.co.id, rumah tersebut memang berbentuk memanjang di atasnya. Di bawah itu ada garasi dan ada tangga untuk menuju ke dalam rumah. Sehingga ventilasi mereka menghadap ke jalan yang sering dilalui warga.
"Mereka kan emang tinggal di atas ya. Saya nggak pernah dengar apapun kaya anak menangis atau berantem lah kalau rumah tangga mah ya. Ini mah adem-adem aja. Paling denger kalau dia lewat aja gitu dari atas," kata Dila.
Dila juga mengaku mulai curiga saat istrinya sudah tidak pernah belanja sayur selama sebulan ini. Terakhir, ia lihat hanya saat istrinya beli obat diare. "Setiap hari belanja sayur. Akhir-akhir ini sebulanan ga belanja. Turun terakhir beli obat doang," kata dia.
Dila menambahkan anak-anaknya pun tidak pernah dibawa keluar main dengan warga sekitar. Adapun keluarga besarnya datang saat acara aqiqah anak yang kedua. "Nah, keluarga besarnya datang pas aqiqah itu. Anak yang pertama jajan kesini saya ngeliatnya aktif tapi diajak omong kaya tidak fokus gitu," kata dia.
Selain itu, rumah tersebut memang milik bapak (HR) dari orang tuanya. HR merupakan anak terakhir dan menikah dengan istrinya sekitar tahun 2017.
"Ya emang kalau bapak (HR) orang sini. Terpaut jauh si istrinya (NH) masih 30 tahunan. Kayaknya dijodohin. Dia pernah ngadu ke saya suruh lepas KB Implan sama suaminya. Saya bilang bisa kok ke bidan. Eh, dia bilang iya nanti aja gitu," kata dia.
Sebelumnya diketahui, jasad ayah dan anak yang ditemukan membusuk di rumahnya kawasan Koja, Jakarta Utara, Sabtu, sudah dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Semper, Cilincing, Ahad (29/10/2023) petang.