REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed bin Abdullah Al-Jadaan telah menyetujui rencana pinjaman kerajaan untuk menutupi kebutuhan pembiayaan tahun ini sebesar 86 miliar riyal atau setara Rp 356 triliun. Hal itu diungkapkan Pusat Manajemen Utang Nasional (NDMC) dikutip dari Zawya, Sabtu (6/1/2024).
Saudi membutuhkan pembiayaan sebesar 86 miliar riyal pada tahun ini untuk melunasi jatuh tempo utang dan mendanai proyeksi defisit anggaran tahun 2024. Pada akhir 2024, portofolio utang negara ini diproyeksikan mencapai 1,11 triliun riyal. Rencana pinjaman Saudi mencakup pengembangan utang publik serta penerbitan sukuk domestik.
“Rencana pinjaman tahunan tahun 2024 mencakup pemenuhan aktivitas pendanaan kerajaan baik lokal maupun internasional untuk membiayai (defisit) dan pembayaran utang yang jatuh tempo pada tahun 2024 dan dalam jangka menengah, selain memanfaatkan peluang yang tersedia sesuai dengan kondisi pasar untuk menerapkan aktivitas pendanaan tambahan untuk membayar utang yang jatuh tempo di tahun-tahun mendatang,” kata pernyataan tersebut.
Rencana pinjaman tersebut juga berkomitmen untuk memanfaatkan peluang pasar untuk melaksanakan kegiatan pendanaan alternatif pemerintah yang mendorong pertumbuhan ekonomi seperti pembiayaan pembangunan dan proyek infrastruktur. Arab Saudi telah meluncurkan berbagai proyek besar sebagai bagian dari rencana ambisius Visi 2030 untuk mentransformasi perekonomiannya dan mengurangi ketergantungannya pada pendapatan minyak.
Kerajaan bermaksud untuk terus mendanai implementasi inisiatif dan proyek yang sejalan dengan rencana Visi 2030 tahun ini.Saudi memperkirakan defisit anggaran sebesar 79 miliar riyal pada tahun ini atau setara 1,9 persen dari produk domestik bruto (PDB). Total belanja negara diperkirakan mencapai 1,25 triliun riyal, dengan pendapatan diperkirakan mencapai 1,17 triliun riyal.