Ahad 28 Jan 2024 08:16 WIB

Ahli Falak NU Jelaskan Prediksi Empat Gerhana di Tahun Ini

Empat gerhana diprediksi akan terjadi di tahun ini.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
 Siswa menguji alat buatan sendiri untuk mengamati gerhana matahari total  di Ternate. (Ilustrasi)
Foto: Reuters/Beawiharta
Siswa menguji alat buatan sendiri untuk mengamati gerhana matahari total di Ternate. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sirril Wafa menyampaikan, dalam Islam, peristiwa gerhana baik bulan maupun matahari tidaklah berkaitan dengan munculnya atau menjadi tanda akan terjadinya sesuatu di bumi.

"Demikianlah wanti-wanti Nabi Muhammad SAW yang dengan tegas mengatakan bahwa kedua peristiwa itu (gerhana Bulan dan Matahari) tidak terjadi lantaran hidup atau matinya seseorang," kata ahli falak Nahdlatul Ulama itu, kepada Republika.co.id, Ahad (28/1/2024).

Baca Juga

Pesan tersebut, lanjut Sirril, cukup untuk menunjukkan bahwa umat Muslim tidak diperkenankan mengaitkan adanya peristiwa gerhana sebagai bahan prediksi untuk meramal. Artinya, kalau kemudian orang mencatat dari waktu ke waktu dengan menandai adanya peristiwa gerhana kemudian terjadi peristiwa besar atau yang fenomenal, maka itu bukan merupakan sebab-akibat.

"Mempercayai hal tersebut dalam konteks sebab-akibat akan merusak akidah. Terjadinya peristiwa gerhana adalah merupakan peristiwa biasa, sebagimana halnya terbit dan terbenamnya matahari di ufuk," tuturnya.

Karena itu, Sirril mengungkapkan, bisa diperhitungkan dengan cermat kapan, di mana berapa lamanya peristiwa gerhana dengan cukup presisi. "Bedanya, kalau terbit terbenamnya matahari terjadi setiap hari, kalau gerhana tidak," ujarnya.

Dia menjelaskan, secara astronomi, peristiwa gerhana akan terjadi ketika matahari dan bulan berada pada bujur ekliptika yang sama. Kalau nilainya sama persisi maka akan terjadi gerhana total atau cincin (annular). Jika bergeser dari titimtengahnya, maka akan terjadi gerhana partial, bahkan hanya penumbral.

Adapun untuk tahun 2024 ini, diprediksi akan terjadi dua gerhana bulan. Gerhana bulan pertama diprediksi terjadi pada 25 Maret 2024. Namun menurut Sirril, tipe gerhananya penumbral dan tidak bisa disaksikan di Indonesia.

"Penumbral itu lingkaraan wajah bulan tidak terkikis sebagaimana lazimya gerhana yang sering kita saksikan. Namun lingkaran wajah bulan hanya terkena bayangan semu bumi. Yang tampak saat terjadinya gerhana penumbra itu, bahwa bulan akan tampak relatif redup, tapi lingkarannya masih utuh," ujarnya.

Gerhana bulan yang kedua diprediksi akan terjadi pada 18 September 2024 dengan tipe parsial, yakni gerhana bulan sebagian. "Ini juga tidak bisa disaksikan di wilayah Indonesia. Gerhana akan melewati wilayah Amerika, Eropa dan Afrika," kata Sirril.

Sedangkan gerhana matahari, diprediksi akan terjadi dua kali pada 2024. "Ini juga tidak bisa disaksikan di Indonesia. Yang pertama diprediksi tanggal 8 April 2024, tipenya di sebagian wilayah akan tampak total yang melewati antara lain Meksiko, dan Kanada. Di tempat lain ada yang bertipe penumbral," jelasnya.

Gerhana matahari yang kedua diprediksi terjadi tanggal 2 Oktober 2024, tipenya Annular (gerhana matahari cincin). Antara lain akan terlhat di Argentina," paparnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement