REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) memiliki program bantuan langsung tunai (BLT) untuk warga di Jalur Gaza. Bendahara Umum BSMI dr Prita Kusumaningsih Sp OG mengatakan, bantuan tunai disalurkan mengingat tingginya inflasi di Gaza Utara dan Gaza bagian selatan. Dokter spesialis kandungan ini pun mengatakan, uang tunai yang diberikan bertahap tersebut disalurkan lewat mitra yang bisa dipercaya dan sudah lama bekerjasama dengan BSMI.
“Di Gaza inflasi sangat tinggi. Mereka terlebih warga Gaza utara butuh untuk setidaknya membeli bahan pangan,”kata dr Prita lewat keterangan tertulis pada Kamis (1/2/2024).
Mitra BSMI di Gaza Utara, Bibi (bukan nama sebenarnya) mengatakan, tidak ada barang bantuan yang bisa masuk ke utara Gaza. Menurut Abeer, beberapa orang bisa bertahan karena menyimpan barang-barang pangan yang biasanya bisa menjadi cadangan dan disimpan sebelum perang. Hanya saja, cadangan pangan tersebut kini sudah menipis. Abeer mengatakan, tidak ada yang menyangka jika perang akan berlangsung selama ini.
Menurut Bibi, inflasi terjadi terhadap barang-barang yang dijual di jalanan. Sebagai contoh, dalam waktu normal, harga garam hanya tiga shekel per kilogram (1 shekel = Rp 4.165). Selama perang, harga garam melonjak hingga enam shekel per kilogram. Bibi mengatakan, naiknya harga barang di utara masih lebih rendah ketimbang barang-barang di selatan. Menurut Abeer, harga garam per kilogram di selatan mencapai kenaikan hingga 20 shekel. Inflasi terjadi lebih tinggi karena sebagian besar warga Gaza memadati selatan. Sementara itu, tidak banyak warga yang bertahan di utara.
Dia menjelaskan, barang-barang di dalam Gaza pun tidak selalu tersedia. “Contohnya, hari ini saya menemukan beras di jalan lalu saya akan membelinya. Tapi saya tidak menemukan pasta, gula, atau garam. Hari berikutnya jika keluar maka anda akan mendapatkannya," kata dia.
Menurut Bibi, mereka harus keluar setiap hari untuk mengecek apakah barang yang dicari tersedia atau tidak. Jika barang tersebut ada, maka akan ada yang memberitahu. Abeer mengatakan, saat ini warga yang bertahan di utara Gaza tidak bisa mendapatkan sayur dan buah-buahan. “Kami belum pernah melihat sayuran hijau atau buah-buahan selama tiga bulan terakhir terkecuali untuk lemon dan jeruk,” kata dia.
Bibi pun mengungkapkan, saat banyak warga di utara memutuskan untuk pergi ke selatan ketika terjadi serangan darat, mereka tak membawa apa pun. “Mereka pergi dengan tangan kosong,”ujar Bibi. Dalam perjalanan, mereka kemudian menemukan beberapa toko yang tutup karena sudah mengungsi ke selatan.
Dia mengatakan, banyak diantara warga yang dengan terpaksa mengambil barang-barang dari toko itu. Beberapa orang kemudian menyimpan barang tersebut hingga ada lonjakan permintaan. Mereka kemudian menjualnya di jalan dengan harga berkali-kali lipat. Beberapa barang pangan, ujar Bibi, bahkan harus dibeli dengan cara dipesan terlebih dahulu. “Jadi kita mendapatkan jual beli baru di Gaza,”kata dia.